Lelah selalu didikte dan diembargo oleh negara-negara Eropa maupun Amerika Serikat dalam hal persenjataan militer, Indonesia kembali menjajaki pembelian senjata dari Rusia. Lebih dari 20 pakar berbagai bidang baik militer maupun sipil yang dipimpin Dirjen Sistem Perencanaan Pertahanan Departemen Pertahanan Marsekal Madya Pieter Wattimena mengunjungi Rusia untuk mengadakan kerjasama militer.
Pertemuan pertama apa yang dinamakan Komisi Indonesia-Rusia di bidang kerjasama militer tersebut diadakan di Moskow, Rusia pada tanggal 19 September lalu. Indonesia puas akan pembicaraan awal tersebut, "Langkah awal itu selalu penting," ungkap Wattimena.
Dalam pertemuan tersebut, pihak Indonesia lebih banyak memberikan penjelasan tentang sistem baru yang dianut Indonesia dalam pengadaan persenjataan militer. Sistim yang paling utama yakni pembelian persenjataandilakukan langsung Pemerintah Indonesia tanpa melalui perantara.
"Kami ingin memperkenalkan sistem baru yang telah diterapkan di Indonesia dalam membeli persenjataan. Kami ingin proses pembelian yang langsung berhubungan dengan pihak pembuat senjata tanpa melalui perantara," jelas Wattimena seperti dilaporkan RIA-Novosti.
Selain itu, Indonesia juga menginginkan kemudahan dari pihak Rusia dalam hal pendanaan. "Selain itu, kami harap Moskow dapat memberikan kredit (lunak) jika kami membeli senjata dan perlengkapan militer lainnya dari Rusia," ungkap Wattimena.
Indonesia juga mengungkapkan kepuasaannya atas kinerja empat pesawat tempur jenis Sukhoi yang telah digunakan TNI Angkatan Udara. Karena itu Indonesia menginginkan penambahan minimal enam pesawat Sukhoi tersebut. "Kami membutuhkan 12 pesawat tempur jenis ini, tetapi untuk tahap awal kami mungkin akan menegosiasikan pembelian enam pesawat dulu," kata Wattimena.
Pengalaman seringnya diembargo dalam soal suku cadang persenjataaan tempur oleh USA dan Eropa, maka Indonesia juga mengharapkan pihak Rusia mendirikan pabrik suku cadang dan pusat pelayanan pesawat tempur di Indonesia. "Penting juga bagi kami bila pusat pelayanan pesawat-pesawat tempur jenis ini dapat didirikan di Indonesia. Uzbekistan dan China sudah mengajukan usulan seperti itu," lebih lanjut Wattimena menjelaskan.
Hal tersebut penting karena Indonesia ingin memperbaharui persenjataan militer yang telah dimilikinya. Untuk itu Indonesia sudah mengajukan keinginannya untuk membeli persenjataan militer dari Rusia berupa kendaraan tempur infanteri, kendaraan pengangkut pasukan lapis baja, peluru kendali jenis Yakhont yang diluncurkan dari atas kapal laut, kapal fregat kelas ringan, serta kapal selam Rusia.
Selain itu, Indonesia juga menginginkan transfer teknologi canggih dalam bidang militer untuk membantu pengembangan pabrik persenjataan di tanah air. Pabrik persenjataan militer yang kini dimiliki Indonesia antara lain; Pindad (pabrik senjata), PAL (pabrik pembuat kapal laut), Dirgantara (pabrik pembuat kapal terbang), Dahana (pabrik pembuat amunisi).
Indonesia optimis bahwa Rusia akan memenuhi keinginan yang telah disampaikan tersebut, ini mengingat bahwa sejarah hubungan militer antara Indonesia-Rusia sudah terjalin sejak lama.
"Kami sudah lama menjalin kerja sama teknik dan militer dengan Rusia. Kami mempunyai sejarah yang panjang mengenai hal ini dan kami yakin akan prospek yang cerah pada masa mendatang," kata Wattimena sambil menambahkan bahwa pamannya, Leo Wattimena, adalah pilot Indonesia terkenal yang dulu sering menerbangkan pesawat tempur jenis MiG-17 buatan Uni Soviet.
Indonesia benar-benar ingin memperbaharui persenjataan militer yang ada setelah melihat pengalaman-pengalaman di lapangan. Pertama seringnya campur tangan negara Eropa dan USA dalam hal persenjataan militer. Kedua kasus Ambalat merupakan cermin yang sangat transparan dimana Angkatan Laut Malaysia sudah sangat berani, ini dikarenakan kapal-kapal perang Malaysia ternyata lebih baru dan modern dari yang dimiliki TNI AL.
Rusia dipilih Indonesia untuk memasok persenjataan militer terbaru bagi TNI. Ini karena beberapa alasan, pertama sejarah hubungan militer Indonesia-Rusia. Kedua, Rusia lebih longgar dalam memberikan syarat-syarat dibidang militer. Ketiga, Rusia bisa lebih fleksibel dalam hal harga seperti bisa dibayar dengan komiditi yang dimiliki Indonesia. Keempat, Rusia memiliki tekonologi militer yang sepadan dengan Eropa dan USA.
© Copyright 2024, All Rights Reserved