Iradiator punya banyak manfaat, baik untuk meradiasi makanan siap saji maupun yang masih mentah. Namun, Indonesia masih jauh tertinggal dengan Vietnam, Thailand dan Malaysia dalam memanfaatkan iradiator untuk mengawetkan makanan.
Walau demikian, Indonesia sudah dapat mengekpor tempe produksi usaha mikro kecil menengah (UMKM) binaan Pusat Inkubasi Bisnis dan Teknologi (PIBT) di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan Teknologi (Puspiptek) ke Korea Selatan.
“Sebenarnya teknologi ini sudah lama berkembang di Indonesia, namun pemakaiannya masih terbatas. Sehingga melalui Pusat Inkubasi Bisnis dan Teknologi ini, UMKM bisa memanfaatkan teknologi yang ada. Selain itu, juga mampu meningkatkan nilai tambah produk,” kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir usai peluncuran ekspor perdana tempe, di Puspitek Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (28/02).
Dijelaskan, tempe yang diekspor bermerk Mangano. Diekspor sebanyak 2 kontainer dengan nilai US$70.000. Oleh sebab itu, pihaknya dorong agar UMKM yang ada di wilayah Tangerang Selatan maupun daerah sekitarnya untuk memanfaatkan Puspiptek ini. Karena nilai tambahnya luar biasa.
“Kami berpesan agar produk yang dihasilkan harus lolos uji baik itu dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), memenuhi standar serta ada sertifikasi halalnya,” ungkapnya.
Menurutnya, inkubasi bisnis dan teknologi ini merupakan proses inkubasi untuk mendukung pengembangan produk atau Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT)agar menjadi perusahaan yang profitable dan sustainable. Sehingga memiliki dampak positif kepada masyarakat.
“Program ini diwujudkan dalam bentuk instrumen kegiatan berupa pendanaan, pelatihan, dan asistensi bagi inkubator dan tenant (perusahaan pemula) yang dilaksanakan melalui sistem kompetisi/seleksi,” imbuhnya.
Perusahaan pemula yang sedang mengembangkan produknya, lanjut Nasir, nanti harus lolos uji sertifikasi untuk memenuhi standar sehingga bisa dikomersialkan ke industri. Misalnya produk pangan, apakah laboratoriumnya memenuhi standar Badan POM. Diukur Good Laboratory Practice-nya.
“Jika lolos, maka harus lolos juga di industri karena akan diukur Good Manufacture Practice. Demikian pula produk pertanian nanti akan diukur Good Agriculture Practice-nya. Jika sudah lolos dan mendapat sertifikasi nanti bisa masuk e-katalog untuk dipasarkan,” terang Nasir.
Diungkapkan, keberlangsungan program IBT tidak lepas dari dukungan Puspitek yang memfasilitasi proses inkubasi bisnis teknologi di Technology Bussines Incubation Center (TBIC) di Zona Bisnis Teknologi Puspiptek. Fasilitas nuklir yang disediakan dengan sumber radiasi gamma terkendali. Sinar gamma terkendali dapat digunakan untuk proses sterilisasi dekontaminasi bahan dari bakteri pembusuk,” ulasnya.
Sementara itu, Kepala Puspiptek, Sri Setiawati, menambahkan perkembangan UMKM yang dibina proses inkubasi cukup menggembirakan. Tahun ini ada dua perusahaan yang lulus dari inkubator dan melanjutkan ke tahap yang lebih besar di area zona bisnis teknologi yakni PT Djava Sukses Abadi dengan produk Mangano dan PT Nano Herbal Indonesia dengan produk Nano Propolis dan Nano Chitosan.
“Mangano merupakan merk makanan siap saji yang tak hanya produksi tempe untuk diekspor tetapi juga rendang siap saji, rendang jengkol, semur daging, dan opor ayam. Proses ekspor sendiri sudah dimulai sejak Februari 2018,” katanya.
Dipaparkan, sejak tahun 2016, TBIC digunakan untuk mendukung program PPBT dalam menumbuhkembangkan wirausaha pemula berbasis teknologi. Sedangkan, di tahun 2016 ada 20 tenant yang menjadi peserta program inkubasi bisnis teknologi. Sebanyak 14 tenant dinyatakan lulus, dua diantaranya pada tahun ini menjadi perusahaan melanjutkan proses produksinya di Zona Bisnis Teknologi.
“Sebenarnya ada 22 calon wirausaha pemula berbasis teknologi yang lulus seleksi program inkubasi bisnis teknologi tahun 2018. Seluruh produk tenant yang lulus dinilai memiliki prospek bisnis yang potensial dan telah berada pada tingkat kesiapan teknologi minimal level 7,” tutupnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved