Kabut asap akibat pembakaran hutan muncul hampir setiap tahun. Hal itu tidak saja memusingkan pemerintah Indonesia tetapi juga negara-negara tetangga terdekat. ASEAN mengingatkan polusi akibat asap mengganggu perekonomian dan membuat turis lari. "Ekspor" asap Indonesia membuat jengkel kelompok pebisnis Malaysia.
Menteri Perdagangan Malaysia Rafidah Aziz, Kamis (24/8), mengatakan, tindakan tegas diperlukan untuk menghentikan masalah yang bolak-balik terjadi. "Kita harus bekerja keras karena ini merupakan masalah yang akan terjadi lagi jika tindakan serius tidak dilakukan oleh pemerintahan di negara yang menjadi sumber asap," kata Rafidah.
Hal itu diungkapkan Rafidah dalam pertemuan para menteri perdagangan ASEAN di Kuala Lumpur. Ia mengatakan pembakaran harus dijaga agar tidak mengganggu negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Thailand.
"Ini membawa implikasi pada kawasan. Tentu, bagi ASEAN secara keseluruhan, asap membuat turis menghindari kawasan ini. Asap yang muncul sekarang adalah masalah yang sudah berulang kali terjadi selama bertahun-tahun," kata Rafidah.
Syed Amin Al Jeffri, salah satu ketua Dewan Penasihat Bisnis ASEAN (ASEAN {Business Advisory Council}), pada hari yang sama mengatakan, asap menutupi langit Kuala Lumpur dan mengganggu bisnis eceran di Malaysia. "Asap tidak sehat bagi kesehatan. Turis tak datang dan hal ini merugikan," katanya.
Menjawab serangan itu, Menteri Perdagangan Indonesia Mari Elka Pangestu mengatakan, upaya mencegah pembakaran lahan sudah dilakukan.
Di dalam negeri, kabut asap tebal di antaranya menyelimuti Bandara Supadio yang terletak sekitar 20 kilometer di timur ibu kota Kalimantan Barat, Pontianak, Kamis pagi. Akibatnya, aktivitas penerbangan yang seharusnya berawal pukul 06.00 baru bisa dimulai empat jam kemudian.
Keberangkatan pesawat dari Pontianak menuju Jakarta yang jadwalnya pukul 06.00-08.00 ditangguhkan. Penundaan itu menimpa sejumlah pesawat dari maskapai Batavia Air, Adam Air, Sriwijaya Air, dan penerbangan perintis maskapai Dirgantara Air Service dan Deraya yang melayani rute Pontianak-Ketapang.
Dalam kurun itu kedatangan pesawat dari Jakarta juga dimundurkan. Tercatat, penerbangan maskapai Batavia Air, Adam Air, dan Sriwijaya Air memiliki jadwal lepas landas pukul 06.00-07.00 dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng.
"Jarak pandang di Bandara Supadio normal kembali pukul 10.00, dengan jarak hingga 1.200 meter. Pukul 10.00 tadi, penerbangan dari Jakarta dapat mendarat di Supadio dengan perkiraan penundaan 3-4 jam. Pesawat pertama yang take-off ialah penerbangan internasional Batavia Air menuju Kuching, Malaysia," ujar Kepala Cabang Angkasa Pura Supadio, Pontianak, Syamsul Bachri, Kamis siang.
Syamsul memperkirakan jarak pandang 200-400 meter pada pukul 07.00. Padahal, pilot memerlukan jarak pandang sekitar 800 meter agar dapat mendaratkan pesawat dengan aman.
"Ada pesawat yang kembali lagi ke Jakarta setelah gagal mendarat," ujar Syamsul. Pesawat Batavia Air telah tiba di atas Pontianak, tetapi kembali ke Jakarta karena tidak dapat melihat landas pacu (runway).
Menurut Syamsul, pesawat harus kembali ke Jakarta pagi itu karena Bandara Susilo di Kabupaten Sintang, Pangsuma di Kapuas Hulu, dan Rahadi Usman di Ketapang tidak memiliki panjang landas pacu yang memadai untuk didarati pesawat Boeing 737. Pesawat jenis itulah yang umumnya melayani rute Jakarta-Pontianak dan sebaliknya.
Boeing 737 minimal memerlukan landasan pacu sepanjang 1.850 meter. Panjang landasan pacu Supadio-Pontianak 2.250 meter. Supadio juga dimanfaatkan sebagai Pangkalan Udara TNI AU dan merupakan markas pesawat tempur Hawk 100/200 buatan Inggris.
Kabut asap tampak pula di Sungai Musi di Kota Palembang, Sumsel, yang diduga berasal dari pembakaran lahan dan hutan semakin pekat, terutama pada pagi hari. Situasi itu membuat para pengendara perahu, kapal, dan sampan yang mengandalkan jalur sungai itu harus berhati-hati dan memperlambat laju agar tidak bertabrakan dengan kapal lain.
Berdasarkan pemantauan, dari atas Jembatan Ampera, Palembang, Kamis pagi, kabut asap di Sungai Musi masih tebal sehingga pemandangan kabur. Meski matahari mulai naik, sekitar pukul 08.00, sinarnya belum dapat membuat pemandangan berkabut asap itu menjadi jernih. Pabrik PT Pusri, yang berjarak sekitar 5 kilometer, misalnya, tidak tampak dari atas Jembatan Ampera yang berada di pusat kota. Padahal, pabrik pupuk itu tampak jelas pada hari-hari biasa.
Situasi yang lebih kurang sama tampak di Jambi. Asap yang menyelimuti Jambi makin pekat akibat kebakaran lahan dan hutan yang meluas. Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin mengharapkan pemerintah kabupaten mencegah dan memadamkan api. Gubernur akan melaporkan hasil yang dicapai kepada Mendagri.
© Copyright 2024, All Rights Reserved