Sebagian besar asumsi dasar ekonomi makro dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2013 akan dirombak pemerintah. Perombakan itu melalui rancangan APBN Perubahan yang akan diajukan pemerintah ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pertengahan Mei ini.
“Itu (asumsi makro) harus disesuaikan," ujar Menteri Koodinator Perekonomian Hatta Rajasa kepada pers, di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Selasa (07/05).
Sekedar informasi, asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN terdiri dari pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, inflasi, suku bunga SPN 3 bulan, harga minyak mentah Indonesia (ICP), lifting minyak dan lifting gas.
Dalam APBN 2013, pertumbuhan ekonomi ditargetkan 6,8 persen, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Rp 9.300, inflasi 4,9 persen, suku bunga SPN 3 bulan 5,0 persen, ICP 100 dolar AS per barel, lifting minyak 900 ribu barel per hari dan lifting gas 1,36 juta setara barel minyak per hari.
Dikemukakan Hatta, target pertumbuhan 6,8 persen harus direvisi. Menurutnya, pemerintah harus realistis dengan melihat perekonomian global yang belum menentu. Meskipun demikian, Hatta belum dapat memastikan besaran yang akan diajukan. “Kalau kita lihat range-nya 6,3 hingga 6,4 persen. Tapi, masih kita dalami range-nya,” ujar dia.
Sebelumya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2013 tercatat 6,02 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan kuartal IV 2012 sebesar 6,11 persen. Pertumbuhan kuartal I 2013 juga lebih rendah dibandingkan kuartal I 2012 senilai 6,29 persen. Secara keseluruhan, perekonomian Indonesia tumbuh 6,23 persen di 2012.
Hatta juga menyoroti lifting minyak yang kemungkinan besar tidak akan mencapai 900 ribu barel per hari. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) sendiri telah melaporkan lifting minyak sepanjang 2013 berada di kisaran 830 ribu hingga 850 ribu bph. “SSK Migas sudah melaporkan tidak mungkin di atas 900 ribu bph,” ujar dia.
Ketiga dari sisi harga ICP, revisi juga akan dilakukan mengingat pengaruhnya terhadap penerimaan negara. Per April 2013, harga ICP berada pada level US$100,19. Angka itu terus menurun dibandingkan pencapaian Maret 2013 dan Februari 2013 yang masing-masing tercatat US$107 dan US$114 per barel. “Nanti akan kita lakukan pembahasan," tandas Hatta.
© Copyright 2024, All Rights Reserved