Analis menduga harga batu bara masih terpuruk di masa depan. Isu peralihan penggunaan energi ke energi ramah lingkungan menjadi penekan utama harga batu bara di pasar global.
Bloomberg, kemarin, menyebutkan, harga batu bara kontrak pengiriman Juni 2015 di ICE Futures Europe tercatat bergerak stagnan di US$57,05 per ton dari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir harga batubara merosot 1,7 persen.
"Batu bara saat ini dikelilingi sentimen negatif. Tiongkok sebagai produsen dan konsumen penting batu bara sedang menggalakkan penggunaan energi ramah lingkungan," kata Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka, Ibrahim.
Tiongkok lebih selektif memilih batubara yang digunakan, yakni kalori di atas 6.000 kkal. Padahal mayoritas yang beredar di pasar adalah batu bara kualitas standar atau di bawah 5.000 kkal.
Terlebih di Amerika Serikat (AS) sedang menurunkan penggunaan batubara. Ini tertera dari pernyataan Presiden AS Barack Obama Jumat (22/05) menyebut AS siap menurunkan penggunaan batubara.
Data EIA Februari 2015 menyatakan, penggunaan batubara AS untuk pembangkit tenaga listrik tinggal 37 perse, menurun dari 50 persen pada tahun 2007. Belum lagi resesi ekonomi Tiongkok tak kunjung usai membuat permintaan impor negara ini terus surut.
"Efeknya, Tiongkok lebih fokus mengeksplorasi tambang dalam negeri daripada impor," ujar Ibrahim.
Tak hanya itu, keputusan Tiongkok untuk menjalin kerjasama dengan Rusia dalam membangun kilang cadangan gas menjadi sinyal buruk bagi batu bara. Seperti, penggunaan batubara pembangkit listrik dialihkan menjadi gas alam.
Volume menciut
Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, Deddy Yusuf Siregar, Menjelaskan, akibat kondisi tersebut pada Januari-April 2015 produksi batubara Indonesia hanya sekitar 130 juta ton, lebih rendah 11,56 persen dibanding periode sama di 2014.
© Copyright 2024, All Rights Reserved