Film Dokumenter Dirty Vote yang ditayangkan di YouTube, Minggu (11/2/2024), dan sedang viral itu mendadak hilang dari pencarian YouTube.
Raibnya Film Dirty Vote dalam mesin pencarian Youtube diduga karena terkena shadow banned.
Ada pun shadow banned adalah tindakan sebuah perusahaan media sosial terhadap postingan seseorang di media sosial.
Financial Times menyebutkan, perusahaan media sosial tersebut bakal membatasi siapa saja yang bisa melihatnya dan biasanya tanpa sepengetahuan orang yang mempublikasikannya.
Penyebab shadow banned biasanya dikarenakan penyalahgunaan kebijakan media sosial. Platform media sosial akan menerapkan shadow band sebagai respons terhadap pelanggaran pedoman komunitas atau aturan penggunaan dalam beraktivitas online.
Sebenarnya shadow banned bukanlah istilah resmi yang diperkenalkan pihak sosial media. Namun sejumlah platform media sosial memiliki algoritma yang cara kerjanya serupa dengan shadow banned.
Meskipun hasil pencarian di situs maupun aplikasi YouTube masih menampilkan video mengenai “Dirty Vote”, namun video yang muncul pertama adalah yang diunggah ulang oleh beberapa akun, dan bukan video dari kanal aslinya.
Selain itu, video lain yang muncul dari hasil pencarian mayoritas adalah berita-berita maupun tanggapan mengenai film tersebut.
Namun, setelah melakukan scroll ke bawah, tidak ada video asli yang dimaksud yang dapat ditemukan.
Beberapa orang meengaku mereka tidak dapat menemukan video asli film “Dirty Vote” saat melakukan mesin pencarian.
Bahkan beberapa mengemukakan adanya dugaan bahwa Google melakukan shadow banned terhadap video tersebut di YouTube.
Padahal sebenarnya film dokumenter ini masih bisa diakses melalui tautan asli yang dibagikan oleh Co-Founder Watchdoc, Dandhy Laksono.
Terpantau hingga Selasa (13/2/2024) pukul 09.00 WIB,Film Dirty Vote di Youtube telah ditonton sebanyak 6,8 juta orang.
Ada pun isi Film Dokumenter Dirty Vote telah menarik perhatian karena secara faktual mengungkap data-data dugaan kecurangan pada Pemilu 2024.
Film ini berisi ulasan dari tiga akademisi Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar itu ternyata diproduksi dengan dana patungan.
Seorang tokoh utama, Zainal Arifin Mochtar mengaku bersyukur dan berterima kasih atas antusias orang-orang menonton film yang menguak kecurangan pemilu tersebut.
"Teman2, terima kasih untuk bersama2 melawan sehormat-hormatnya. Ini kami dedikasikan secara bersama," ujarnya di akun resmi Instagramnya @zainalarifinmochtar, Minggu (11/2/2024).
"Saya mohon maaf, ada ratusan menuju ke ribuan mention di post instagram yg sy terima dan mulai mustahil untuk bs merepost semuanya," tulis Uceng-panggilang akrab Zainal Arifin Mochtar.
"Akhirnya saya pilih acak saja untuk merepost beberapa di antaranya. Sy bahasakan sebagai antusiasme melakukan perlawanan. Panjang umur perjuangan!!!" kata Zainal.
Film yang dikupas tiga akademisi Bivitri Susanti, Feri Amsari, dan Zainal Arifin Mochtar itu ternyata diproduksi dengan dana patungan.
Produser Dirty Vote, Joni Aswira, mengatakan, film ini lahir dari kolaborasi lintas CSO.
Joni menjelaskan, dokumenter ini sesungguhnya juga memfilmkan hasil riset kecurangan pemilu yang selama ini dikerjakan koalisi masyarakat sipil. Biaya produksinya dihimpun melalui crowd funding, sumbangan individu dan lembaga.
Selain itu, dia mengungkap bahwa film dokumenter ini digarap dengan waktu yang cenderung pendek dibanding film dokumenter lainnya.
"Dirty Vote juga digarap dalam waktu yang pendek sekali sekitar dua minggu, mulai dari proses riset, produksi, penyuntingan, hingga rilis," ungkap Joni.[]
© Copyright 2024, All Rights Reserved