Wabah flu burung kembali melanda Jakarta. Hingga kini korban akibat virus flu burung masih ada yang dirawat di Rumah Sakit (RS) Persahabatan, Jakarta Timur. Pada Rabu kemarin, RS Persahabatan masih merawat tujuh pasien. Satu pasien positif flu burung, Arif (18), masih dirawat di ruang perawatan intensif (ICU), sedangkan enam lainnya yang terduga flu burung dirawat di ruang isolasi.
Mengantisipasi mewabahnya flu burung tersebut, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, Rabu (17/1), mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2007, yang meminta masyarakat untuk meniadakan semua ternak unggas di permukiman hingga 31 Januari 2007. Setelah itu, unggas tak boleh dipelihara lagi di permukiman atau dimusnahkan oleh pemerintah.
Sutiyoso menyebutkan, untuk meniadakan ayam, itik, entog, angsa, burung dara, dan burung puyuh, dapat dilakukan dengan cara dijual atau dikonsumsi untuk yang sehat atau dibakar untuk yang sakit. Unggas yang dimusnahkan karena, sakit akan mendapat penggantian Rp 12.500 per ekor dari pemerintah.
Untuk unggas hias atau yang dipelihara sebagai hobi dan penelitian, pemerintah mewajibkan pemiliknya memiliki sertifikat kesehatan hewan dari Dinas Peternakan atau Suku Dinas Peternakan.
Selain itu, untuk mengurangi penularan flu burung pada masa depan, semua usaha peternakan dan rumah potong hewan akan direlokasi keluar permukiman.
Menurut Kepala Dinas Peternakan DKI Jakarta, Edy Setiarto, terdapat sekitar 1.342.000 ekor unggas yang dipelihara masyarakat Ibu Kota di permukiman. Selain itu terdapat 1.200 rumah potong ayam (RPA) tidak resmi, 250 rumah penampungan ayam, dan 229 peternakan itik. Lokasi yang saat ini dipersiapkan untuk relokasi itu adalah Rawa Kepiting di Jakarta Timur dan Ciheang di Kabupaten Serang.
Ketua Pelaksana Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza, Bayu Krisnamurthi, mengatakan, langkah Pemprov DKI perlu ditiru Banten dan Jawa Barat jika ingin meminimalisasi flu burung.
Peniadaan unggas dari Jakarta itu sendiri, telah membuat pedagang unggas di beberapa pasar di Jakarta Pusat mulai cemas. Hal itu menurut Sudarsono, pedagang daging ayam di Pasar Sumur Batu, Kemayoran, Jakarta Pusat, memastikan akan mematikan jalur pasokan daging unggas, terutama ayam, sehingga mata pencaharian pun terancam. Demikian pula pedagang di di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat
Pedagang ayam di Banten juga mulai mengeluhkan sepi pembeli. Menurut Syaefudin, pedagang, dua hari terakhir ini mereka mulai kehilangan pembeli. Biasanya sebelum pukul 13.00, dia bisa menjual lebih dari 50 ekor ayam. Namun kemarin ia baru dapat menjual 25 ekor.
© Copyright 2024, All Rights Reserved