Direktur Eksekutif Politic Communication (PolComm) Institute Heri Budianto mengatakan, saat ini sudah ada delapan partai yang mengusung Jokowi. Beberapa merupakan parpol baru non parlemen. Sementara, masih ada parpol seperti Gerindra, PKS yang belum menyatakan arah politik.
Heri berkeyakinan kuat bila koalisi yang dibangun Gerindra dan PKS di beberapa pilkada akan berlanjut ke koalisi di Pilpres 2019.
"Jika melihat komposisi sekarang, Gerindra-PKS satu suara dalam mengusung capres," kata Heri, Senin (26/02).
Heri menganalisis tiga partai lain yakni PKB, PAN dan Demokrat masih cair. Namun, seandainya tiga partai ini berkoalisi mengusung capres dan cawapres sendiri maka bisa menjadi kuda hitam.
Heri memprediksi untuk Jokowi dan Prabowo Subianto tetap akan bertarung lagi di Pilpres 2019. Namun, seandainya ada satu pasang lagi, yang diusung PKB-PAN dan Demokrat, bisa menjadi kekuatan alternatif. "Koalisi ini bisa menjadi kuda hitam dan akan membuat Pak Jokowi dag dig dug," ujar Heri.
Heri mencontohkan saat Pilkada DKI 2017 lalu. Dengan tiga pasangan calon, maka bisa mengalahkan pasangan incumbent Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat. Berkaca dari pengalaman itu maka kalau benar-benar ada tiga pasang maka capres incumbent bisa ketar ketir. "Jika partai partai ingin Jokowi berdebar, maka paksa bertarung tiga pasang," kata Heri.
Namun, kalau memang kembali head to head antara Jokowi dan Prabowo, Heri yakin peluang untuk Jokowi menang, besar. Acuannya, elektabilitas Jokowi masih tinggi.
"Situasi politik ini harus dikaji betul oleh parpol. Situasi sekarang memang Jokowi berada dalam posisi sangat diuntungkan, bukan hanya elektabilitas paling tinggi," jelas Heri.
Ada pun hingga kini, belum ada parpol yang berani untuk mendeklarasikan kadernya sebagai capres. Lebih memilih di nomor dua yakni cawapres. "Pertarungan parpol sekarang lebih pada posisi wapres, namun Pak Jokowi akan memilih satu cawapres pada akhirnya," kata Heri.
© Copyright 2024, All Rights Reserved