Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan agar para pemimpin Asia dan Eropa yang tergabung dalam ASEM (Asia-Europe Meeting) menjadikan ASEM sebagai forum dialog dan multilateralisme dalam tangani masalah internasional.
Hal itu diungkapkan Presiden ketika menyampaikan sambutannya pada KTT ke – 6 ASEM di Helsinki, Finlandia, Minggu (10/9). Yudhoyono juga mengatakan, ASEM adalah suatu dialog yang konstruktif antara kebudayaan besar Eropa dan Asia, di mana dialog antarkepercayaan menjadi suatu aspek penting dari hal itu.
Dalam kesempatan ini, Presiden juga menyampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang membantu terjadinya perdamaian di Aceh dan ia berharap perdamaian semacam itu bisa juga terjadi di Timur Tengah.
KTT Ke-6 ASEM yang dihadiri 38 pimpinan negara/pemerintahan Eropa dan Asia ini membahas soal dialog antarkepercayaan yang berbeda, antarakebudayaan yang berbeda, soal energi serta globalisasi.
Pimpinan Negara yang menyampaikan sambutan selain Yudhoyono antara lain adalah, Presiden Finlandia Tarja Halonen, Perdana Menteri Finlandia Matti Vanhanen, PM Vietnam Nguyen Tan Dung, Presiden Korea Selatan Roh Moo Hyun, dan Presiden Komisi Eropa Jose Manuel Barroso.
Sementara itu, Presiden Finlandia Tarja Halonen dalam sambutan pembukaan acara KTT ini antara lain menekan, multirasialisme adalah sarana kunci untuk menciptakan situasi demokrasi dan kerangka yang absah dan terpadu bagi gerak globalisasi.
Kepala negara dari negeri makmur berpenduduk 5,2 juta orang ini juga mengingatkan, keuntungan yang muncul dari globalisasi tidak bisa dinikmati semua orang di dunia. Katanya, semakin banyak orang yang hidup miskin dan menderita atau terhempas karena globalisasi.
"Oleh karena itu kita perlu memusatkan perhatian pada dimensi sosial dari globalisasi dan penurunan jumlah orang miskin. ASEM bisa secara efektif membantu terjadinya globalisasi yang llebih jujur dan adil," ujar presiden wanita ini.
Sedangkan, Perdana Menteri Finlandia Matti Vanhanen dalam sambutannya juga menekankan pentingnya dialog tentang kebudayaan dan keberadaban. Ia mengharapkan keberagaman dari negara-negara ASEM ini bisa mendorong dialog antara masyarakat yang berbeda dalam kepercayaan dan kebudayaan.
Ia yakin dialog semacam itu bisa mengembangkan toleransi dan saling pengertian dan bisa jadi sarana menghindari salah paham antarkulltural dan sikap stereotip.
ASEM merupakan forum kontak dan jumpa antara negara-negara Eropa dan Asia dibentuk tahun 1996. Pertemuan pertama berlangsung di Bangkok, Thailand, tahun 1996. Ketika itu Presiden Finlandia masih menjabat sebagai menteri luar negeri. KTT ASEM ke-6 yang kini beranggotakan sekitar 38 negara dari Eropa dan Asia, 25 di antaranya anggota Uni Eropa. Seluruh negara anggota ASEM, mewakili 40 persen dari populasi penduduk dunia dan 50 persen dari produk domestik bruto (GDP) global.
KTT ke-6 kali ini membicarakan usaha memajukan dialog antakepercayaan dan antarabudaya serta meningkatkan usaha mengefesienkan penggunaan sumber energi serta penggunaan sumber -sumber energi yang bisa diperbaharui.
© Copyright 2024, All Rights Reserved