Cara media-media barat menyikapi aksi pembunuhan di Chapel Hill, North Carolina, Amerika Serikat, yang merenggut 3 nyawa mahasiswa Muslim mendapat kritikan dari pengguna media sosial. Mereka dinilai sangat lamban dan tidak memberikan porsi pemberitaan yang cukup terhadap peristiwa tersebut.
BBC mengakui tak banyak laporan media massa yang berbasis di AS ataupun negara lain yang segera menulis tentang insiden yang menimpa Deah Shaddy Barakat, 23, Yusor Mohammad Abu-Salha, 21, dan Razan Mohammad Abu-Salha, 19 itu.
Keadaan ini membuat para pengguna media sosial bergerak mengirimkan kabar ke lini masa Twitter. Selain ucapan bela sungkawa, pengguna Twitter juga mayoritas mengecam aksi "tidur" atau ketidakpedulian media Barat terhadap tragedi ini.
Kicauan pertama yang menggunakan tagar #ChapelHillShooting adalah Abed Ayoub, Direktur Bagian Hukum dan Kebijakan Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab. Ia meminta agar semua orang mendoakan keluarga korban kekerasan yang kejam ini.
Dengan tagar yang sama, lebih dari 300 ribu tweet beredar di menyatakan protes lambannya media-media besar mengabarkan pembunuhan terhadap warga Muslim itu.
Akun Diana @lunarnomad memposting, “3 Muslim college students killed in cold blood. No media attention or outrage #MuslimLivesMatter #ChapelHillShooting". Atau berarti "3 mahasiswa Muslim dibunuh dengan keji. Tidak ada perhatian dari media atau bentuk kemarahan apapun #MuslimLivesMatter #ChapelHillShooting".
Sementara akun Meech Uchiha @KINGMEECH35 mengeluhkan sikap media dimana 8 jam setelah penembakan itu, tak ada berita nasional tentang pembunuhan muslim tak berdosa itu. Ia mengatakan, jika yang menjadi korban adalah warga kristen kulit putih, dalam 5 menit pasti menjadi headline.
“8hrs have gone by with no national reports on the murder of 3 INNOCENT Muslims! Now if it were white christians... 5mins #ChapelHillShooting."
Seorang menulis "Tiga mahasiswa muda ditembak dan terbunuh akan segera menjadi liputan media nasional tapi jika ditambahkan "Muslim" maka diabaikan." (@tessyomessy)
Ahmed Al-Suwailem yang berada di Riyadh menulis "#ChapelHillShooting adalah salah satu contoh ketidakadilan media internasional dan ini juga alasan tepat untuk mengandalkan media sosial." (@SolidAhmed)
Komentar senada disampaikan akun @ardikidd, "Kita tidak mendorong media untuk mewartakan berita, kita bisa melakukannya (sendiri)."
Kritik terhadap lambannya media mewartakan apa yang terjadi di Chapel Hill seakan menciptakan ketimpangan, "Kalau pembunuhnya Muslim, itu teror namanya: Tapi kalau korbannya Muslim, ceritanya tidak layak jadi berita," tulis Meryem Esra di akun @thefemaleeagle.
Kritikan paling keras diutarakan oleh Damiyr Andre dalam akun @KingDamiyr. Andre memposting, "On @CNN even robot pets are more important than minority lives. #ChapelHillShooting #MuslimLivesMatter".
Protes semakin menjadi setelah akun Twitter CNN International @cnni menuliskan: “3 mahasiswa Muslim tewas ditembak di Chapel Hill, NC. Apakah pembunuhan ini karena keimanan mereka?"
CNN sendiri membutuhkan waktu lebih dari 10 jam untuk akhirnya merilis berita pembunuhan di Chapel Hill tersebut.
Kicauan CNN menuai kemarahan @SalimPatel92 yang tegas berkicau "Apakah kamu bercanda @cnni? Bisakah kamu lebih jelas lagi menunjukkan kedengkian kamu?? Memalukan!"
Sebagian netizen pun membanding-bandingkan kejadian di Chapel Hill dengan aksi penyerangan berdarah di kantor Charlie Hebdo, Paris.
"Berharap para pemimpin dunia sedang dalam penerbangan ke North Carolina untuk berpawai demi kebebasan dan demokrasi menyikapi serangan teroris di sana," tulis Louise Ann Davies di akun @louanndavies.
Mostafa AboElmagd pun mengingatkan, "Obama mengutuk serangan teroris Charlie Hebdo di Prancis dalam waktu 2 jam; sekarang ia belum juga mengutuk serangan teroris @ChapelHillShooting di tanah Amerika (sendiri)."
© Copyright 2024, All Rights Reserved