Politisi perempuan Wanda Hamidah telah mendapat surat pemberhentian dari keanggotaan Partai Amanat Nasional (PAN). Ia dipecat karena berbeda sikap politik dengan PAN pada saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 lalu. Wanda mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK), meski ketua Umum PAN Hatta Rajasa maju dan berpasangan dengan Prabowo Subianto.
Pada Selasa (16/09) kemarin, Wanda menggelar jumpa pers khusus untuk menjelaskan sikapnya terkait kebijakan PAN memecat dirinya. Ia mengaku menerima konsekuensi itu. Tidak menyesal, walau merasa sedih karena telah bersama PAN selama 16 tahun terakhir.
“Walau saya salah satu pendiri PAN, tapi saya terima konsekuensi logis ini dan saya berusaha menerima keputusan tersebut,” ujar Wanda kepada politikindonesia.com, di Kebon Sirih, Jakarta,.
Artis berusia 36 tahun ini mengatakan, dirinya sudah menerima surat resmi pemberhentian secara tetap sebagai anggota PAN yang dikeluarkan DPP PAN pada 30 Agustus 2014. Surat pemecatan tersebut ditandatangani langsung oleh Ketua Umum PAN Hatta Rajasa dan Sekjen PAN Taufik Kurniawan. “Saya berusaha untuk tidak kecewa dengan pemberhentian itu. Tapi sebenarnya, saya sedih karena sudah bersama PAN selama 16 tahun," ujar perempuan kelahiran Jakarta, 21 September 1977 ini.
Kepada Elva Setyaningrum, mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta ini, bicara panjang lebar tentang langkahnya ke depan. Lulusan Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini merasa tidak menyesal dengan langkah politik dan konsekuensi yang diterimanya. Dengan pemecatan ini, ia belum berpikir pindah ke partai lain. Berikut petikan wawancaranya.
Anda sudah resmi dipecat dari PAN?
Ya. Saya terima surat pemberhentian itu pada Jumat, 12 September lalu. Surat itu itu dikeluarkan sesuai dengan no surat keputusan DPP PAN/A/Kpts/061/VIII/2014 terkait surat pemberhentian tetap sebagai kader PAN, tertanggal 30 Agustus.
Apa alasan PAN mengeluarkan anda dari keanggotaan?
Saya dianggap tidak tertib dan melanggar keputusan partai. Pada Pilpres 2014 lalu, saya mendukung pasangan Jokowi-JK sedangkan partai mengusung Prabowo-Hatta.
Saya punya alasan pribadi mendukung pasangan Jokowi-JK. Pasangan ini lebih mempresentasikan sebagai tokoh reformasi yang bersih dari segala kasus HAM dan Korupsi, Kolusi, Nepotisme (KKN).
Saya memilih capres dan cawapres yang lebih bersih dan mendengarkan suara rakyat daripada para ellite.
Oleh karena itu, saya lebih memfokuskan diri dan mengajak teman-teman semua bergabung dengan mereka untuk kembali merebut suara rakyat. Dan bukan mendukung tokoh otoriter yang saat ini didukung oleh partai saya. Padahal saat reformasi, otoriter dilawan partai saya.
Pasangan Jokowi-JK juga didukung tokoh yang diduga terlibat HAM?
Terus terang, saya tidak memusingkan hal itu. Yang saya permasalahkan itu adalah capresnya, dan bukan orang yang berada dibelakangnya. Adapun masalah lainnya, adalah karena Pak Hatta tidak menjadi orang nomor satu dalam Pilpres 2014 lalu, tapi hanya sebagai orang nomor dua saja
Lantas apa tanggapan anda, dengan sanksi pemecatan ini?
Saya sudah menerima surat pemecatan, artinya saya bukan anggota PAN lagi. Tapi ada hal yang disayangkan dari sikap DPP PAN. Sebab, sebelum pemecatan, saya tak pernah menerima peringatan atau pun dipanggil pengurus DPP untuk dimintai keterangan. Padahal seharusnya pihak DPP melakukan pemanggilan sebelum membuat keputusan pemecatan ini.
Apa Anda menyesal dengan pilihan mendukung Jokowi-JK?
Saya tidak pernah penyesal. Saya merasa pilihan untuk mendukung pasangan tersebut sebagai langkah yang tepat. Justru saya merasa kecewa dengan pilihan Pak Hatta yang mau menjadi Cawapresnya Prabowo. Saya menilai, hal itu bertentangan dengan cita-cita reformasi. Jadi kekecewaan terbesar saya yaitu apa yang mengancam kita saat ini. Elite politik yang hendak memasung suara rakyat.
Apa langkah anda selanjutnya, punya rencana bergabung ke partai lain?
Hingga saat ini saya belum memikirkan itu. Saat ini, saya hanya akan fokus untuk mendeklarasikan gerakan alumni mahasiswa Indonesia, salah satunya kelompok ilmiah studi Trisakti.
Saya masih akan berpikir 100 kali untuk bergabung kembali dengan partai politik. Toh, walau tidak bergabung dengan partai politik, saya akan tetap terus membela suara rakyat baik di dalam partai maupun di luar partai.
Lalu, bagaimana dengan karir Anda di dunia hiburan?
Yang pasti sejak saya memutuskan kuliah dan bekerja di salah satu stasiun televisi swasta, dunia entertainmen saya sudah berakhir. Jadi sejak saat itu, saya sudah tidak pernah lagi menerima tawaran seperti main film, model iklan, atau videoklip.
© Copyright 2024, All Rights Reserved