Wacana rekonsiliasi nasional tengah menjadi perbincangan serius di lingkungan Kepresidenan. Upaya untuk merintis rekonsiliasi mulai dibicarakan. Seluruh elemen bangsa ini, perlu untuk saling memaafkan atas kesalahan-kesalahan negara di masa lalu. Dengan begitu, generasi Indonesia sekarang tidak lagi menyimpan dendam atas kesalahan masa lalu.
Demikian diungkapkan oleh Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief dalam perbincangannya dengan politikindonesia.com, Minggu (17/10). “Perlu ada terobosan agar kita bisa memaafkan masa lalu,” kata Andi saat dihubungi.”
Dikemukakan Andi, rencana rekonsiliasi ini membutuhkan dukungan semua semua pihak. Tidak hanya para korban ketidak adilan kebijakan negara di masa lalu, upaya ini juga mesti mendapat dukungan dari lembaga tinggi negara, yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat.
Diterangkan Andi, bila kelak rekonsiliasi terwujud, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas segala peristiwa di masa lalu. Dalam hal ini, sambung dia, Presiden sebagai Kepala Negara bertindak atas nama negara menyatakan, “Bahwa kejadian di masa lalu adalah tindakan negara.”
Dengan adanya perdamaian semacam ini, ujar Andi, semua pihak tentu akan senang. Dendam masa lalu pun bisa terhapuskan. “Sebab, tujuan dari rekonsiliasi ini adalah persatuan, perdamaian, dan kesejahteraan.”
Dikatakan Andi, semua pihak yang terkait kebijakan salah pada masa lalu tak perlu risau. Tentara Nasional Indonesia, misalnya. TNI tak perlu khawatir sebab rekonsiliasi ini tak akan menyalahkan TNI sebagai organisasi atau individu-individu yang terlibat. “TNI dulu, atau orang-orang siapapun dia, hanya melaksanakan perintah negara,” ujarnya.
Lebih jauh Andi menerangkan, rekonsiliasi yang tengah diupayakan ini tak hanya menyangkut peristiwa pembunuhan anggota PKI atau pelanggaran hak asasi manusia lainnya. “Termasuk pembubaran Masyumi dan peristiwa-peristiwa politik lain,” katanya.
Contoh lainnya adalah permintaan maaf oleh putra Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soharto, kepada korban tahun 1965. “Itu bagus tapi tak selesai dengan Tommy meminta maaf,” kata dia. Soalnya yang dilakukan oleh Soeharto dulu itu, juga atas nama negara.
Saat ini zaman sudah berubah. “Orang-orangnya juga sudah berubah. Masak masih saling menyimpan dendam,” ujarnya.
Andi berharap rekonsiliasi nasional ini dapat terwujud sebelum Presiden lengser pada 2014 nanti. “Pada 2014 Pak SBY ingin meninggalkan kemudahan-kemudahan. Saat ini, dia berani pasang badan,” ucap Andi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved