Ada dua alasan penting yang membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan pulang lebih cepat dari Hanoi, Vietnam dan segera mengunjungi daerah bencana, Mentawai. Pertama, mengunjungi para korban dan kedua, memastikan operasi tanggap darurat sudah dilaksanakan dengan baik.
Presiden mengungkapkan hal tersebut, di Padang, sebelum lepas landas menuju Kepulauan Mentawai, Kamis (28/10).
Presiden dan Ibu Negara Ani Yudhoyono meninjau lokasi bencana tsunami di Mentawai, Sumatera Barat. Ikut dalam rombongan tersebut sejumlah pejabat negara. Antara lain, Menko Kesra Agung Laksono, Mensesneg Sudi Silalahi, Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri PU Djoko Kirmanto. Tak ketinggalan, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kapolri Komjen Timur Pradopo, dan Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam Andi Arief.
Dalam penjelasan singkat soal peninjauan ke Mentawai, Presiden SBY menyatakan duka cita mendalam atas banyaknya korban jiwa akibat gempa bumi dan tsunami itu. Pemerintah akan mempercepat pemulihan wilayah yang hancur akibat musibah tersebut.
Bantuan Pemerintah
Penerbangan Presiden dari Bandara Internasional Minangkabau, Padang, ke Mentawai, sejam lebih, menggunakan helikopter Super Puma milik TNI-AU. Presiden dan rombongan tiba di Kecamatan Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, pukul 13.15 WIB.
Presiden Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono beserta rombongan langsung berjalan menyusuri lokasi bencana, melihat kondisi kecamatan ini. Pagai Selatan merupakan kecamatan terparah akibat bumi gempa dan tsunami yang terjadi Senin (25/10) malam itu.
Usai menyusuri lokasi bencana, Presiden mendatangi Posko Pengungsian. Di posko ini, SBY mendapat laporan jumlah korban meninggal di Pagai Selatan mencapai 60 orang. Mayoritas penduduk di kecamatan ini, berprofesi sebagai petani dan berladang, di bukit, tetapi tinggal di pinggir pantai.
Di tenda pengungsian ini, Presiden menginformasikan, bantuan resmi pemerintah sudah sampai. Bantuan dikirim dengan armada militer. Bantuan pemerintah itu, seluruhnya seberat 18 ton, yang datang dalam dua gelombang. Bantuan, antara lain berupa selimut, kain sarung, sembako dan obat-obatan.
"Mudah-mudahan mencukupi, karena sekarang yang penting mengobati yang sakit," ujar Presiden.
Kepala Negara juga mengatakan pemerintah terus melakukan pencarian jenazah, bersama para relawan, untuk dimakamkan secara baik. "Bantuan, baik makanan maupun air bersih terus diberikan, selain berusaha mencegah penyakit agar tidak menular."
Presiden SBY dan Ibu Negara tak bisa menahan keharuan, sampai meneteskan air mata ketika berdialog dengan para pengungsi. "Pak, istri saya hilang Pak," ujar S. Gultom, seorang pengungsi sambil menangis, begitu disalami Presiden.
Tangis Gultom yang memilukan, saat ditanyai Presiden, menggugah Ibu Negara. Istri Presiden SBY ini langsung mendekat dan merangkul, seraya berusaha menenangkan Gultom. "Yang tabah ya pak," kata Presiden. Titik air mata tampak di sudut mata Presiden.
Presiden tak lupa mengajak para pengungsi berdoa bersama untuk teman, anggota keluarga, dan masyarakat yang tidak selamat dari peristiwa ini.
Sekolah Darurat
Presiden meminta kepada pihak terkait agar hunian dan sekolah sementara segera dibangun. Saat mendengar cerita anak pengungsi, tentang sekolahnya yang roboh diterjang tsunami, Presiden memerintahkan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno agar segera membangun sekolah darurat, bersamaan dengan pembangunan hunian sementara untuk para pengungsi.
"Jangan sampai orang-orang Pagai merasa terhantui akan adanya tsunami lagi. Pemerintah akan membantu pembangunan," kata SBY.
Menurut Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha melalui telepon, Kamis, Presiden menginstruksikan Pemda Sumbar memastikan pembangunan kembali fasilitas kesehatan, sekolah dan sebagainya, setelah tanggap darurat selesai. “Pemerintah Pusat akan membantu rehabilitasi dan rekonstruksi."
Menurut Julian, pemerintah berupaya sekuat tenaga membantu penyelamatan dan pengobatan para korban, serta mencari yang belum diketemukan. “Bagi yang wafat agar dimakamkan sesuai agama masing-masing."
Kepada para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan TNI serta Polri, serta para relawan, Kepala Negara meminta mereka terus membantu warga, baik fisik maupun mental.
Kondisi Pagai Selatan memang berantakan, hancur diterjang gelombang pasang. Menurut Jubir Presiden Julian Aldrin Pasha yang turut mendampingi Presiden, terlihat ada batu karang dari laut yang terlempar ke daratan, sejauh lebih kurang 100 meter. Ketinggian gelombang tsunami tercatat mencapai 12 meter.
© Copyright 2024, All Rights Reserved