Akankah isu agama yang akhirnya menumbangkan Ahok? Merosotnya dukungan Ahok sejalan dengan bertambahnya sentimen anti Ahok karena alasan agama. Pemilih Muslim yang tak ingin gubernur non-Muslim meningkat dari 40 persen (Maret 2016) ke 55 persen (Sept 2016). Padahal, pemilih Muslim sekitar 90 persen dari populasi pemilih Jakarta.
Sentimen anti Ahok dari pemilih Muslim ke depan selalu potensial meningkat, terlebih lagi oleh dua event yang baru saja terjadi. Pertama, himbauan ketua MUI untuk tidak memilih gubernur non Muslim. Kedua, respon semakin meluas atas kutipan Ahok yang “ditafsirkan” negatif terhadap surat Al-Maidah Quran.
Hasil survei LSI mengenai Pilkada Jakarta Oktober 2016 memperlihatkan Jika Head To Head, hanya dua pasang calon saja, di putaran kedua nanti, JIKA PILKADA HARI INI, pasangan Ahok-Djarot sudah dikalahkan oleh pasangan Anies-Sandi. Pasangan Ahok juga sudah dikalahkan oleh pasangan Agus-Sylvi.
Itulah kesimpulan hasil survei yang baru saja selesai (28 September-02 Oktober 2016). Survei ini dengan total responden berjumlah 440 responden, wawancara tatap muka.
Riset dilakukan dengan metode multi-stage random sampling. Margin of Error plus minus 4,8 persen. Survei ini dibiayai dengan dana sendiri, dan dilengkapi pula dengan kualitatif riset (FDG/focus group discussion, media analisis, dan depth interview).
Jika pasangan Ahok-Djarot head to head dengan pasangan Anies-Sandi, pasangan Ahok-Djarot mendapatkan 32.1 persen dan pasangan Anies–Sandi mendapatkan 38.0 [ersen, rahasia/belum memutuskan diangka 29.9 persen. Pasangan Ahok-Djarot sudah dikalahkan oleh pasangan Anies-Sandi.
Jika pasangan Ahok-Djarot Head to Head dengan pasangan Agus – Sylvi, pasangan Ahok-Djarot mendapatkan 31.9 persen dan Agus-Sylvi mendapatkan 35.1 persen, rahasia belum memutuskan 33.0 persen. Pasangan Ahok sudah dikalahkan oleh pasangan Agus-Sylvi
Dilihat dari segmen pendukung head to head pasangan Ahok-Djarot vs pasangan Anies-Sandi, masing-masing pasangan unggul dan kalah di segmen yang ada. Pasangan Ahok-Djarot unggul di segmen non muslim, tionghoa, usia tua, pendapatan atas, pendidikan bawah, dan pemilih partai pendukung minus pemilih partai golkar.
Pasangan Anies-Sandi unggul di segmen pemilih muslim, non tionghoa, usia muda, pendapatan bawah, pendidikan tinggi, dan pemilih partai pendukung plus pemilih partai golkar.
Disegmen pemilih muslim, 40.3 persen memilih pasangan Anies. Hanya 28.9 persen yang memilih pasangan Ahok. Untuk non muslim, Pasangan Ahok mendapatkan suara mayoritas diangka 76.7 persen, dan pasangan Anies hanya 6.7 persen.
Segmen pemilih Tionghoa pasangan Ahok unggul besar di angka 77.8 persen, dan Pasangan Anies hanya mendapatkan 11.1 persen.
Untuk Pemilih diluar tionghoa (Jawa, Betawi, Sunda, dll), pasangan Anies-Sandi unggul 4-13 persen dibandingkan dengan pasangan Ahok.
Untuk tingkat pendidikan, pasangan Ahok hanya unggul di pendidikan bawah (lulus SD atau di bawahnya), untuk segmen pendidikan lainnya (tamat SLTP sampai kuliah) kalah dari pasangan Anies.
Di segmen berikutnya, yakni segmen usia, pasangan Ahok-Djarot unggul di usia tua (>40tahun), pasangan Anis-Sandi unggul di pemilih muda 17-39 tahun. Untuk segmen pendapatan, pasangan Ahok-Djarot unggul di pendapatan tinggi, kalah di pendapatan rendah. Segmen partai pendukung, pasangan Ahok-Djarot unggul di pemilih partai pendukung, kecuali pemilih partai Golkar.
Selanjutnya, dilihat dari segmen pendukung head to head pasangan ahok vs pasangan Agus, masing-masing pasangan unggul dan kalah. Pasangan Ahok-Djarot unggul di segmen non muslim, tionghoa, usia tua, pendapatan atas, pendidikan bawah, dan pemilih partai pendukung minus pemilih partai golkar.
Pasangan Agus-Sylvi unggul di segmen pemilih muslim, non tionghoa, usia muda, pendapatan bawah, pendidikan tinggi, dan pemilih partai pendukung plus pemilih partai golkar.
Disegmen pemilih muslim, 37.4 persen memilih pasangan Agus-Sylvi. Hanya 28.4 persen yang memilih pasangan Ahok-Djarot. Untuk non muslim, Pasangan Ahok mendapatkan suara mayoritas diangka 80.0 persen, dan pasangan Agus-Sylvi hanya 3.3 persen. Segmen pemilih Tionghoa pasangan Ahok-Djarot unggul besar di angka 77.8 persen, dan Pasangan Agus-Sylvi hanya mendapatkan 4.2 persen.
Untuk Pemilih diluar tionghoa (Jawa, Betawi, Sunda, dll), pasangan Agus-Sylvi unggul 4-19 persen dibandingkan dengan pasangan Ahok. Untuk tingkat pendidikan, pasangan Ahok-Djarot hanya unggul di pendidikan bawah (lulus SD atau di bawahnya), untuk segmen pendidikan lainnya (tamat SLTP sampai kuliah) kalah dari pasangan Agus-Sylvi
Di segmen berikutnya, yakni segmen usia, pasangan Ahok-Djarot unggul di usia tua (>40tahun), pasangan Agus-Sylvi unggul di pemilih muda 17-39 tahun. Untuk segmen pendapatan, pasangan Ahok-Djarot unggul di pendapatan tinggi, tetapi kalah di pendapatan rendah. Segmen partai pendukung, pasangan Ahok-Djarot unggul di pemilih partai pendukung, kecuali pemilih partai Golkar.
Dari segmen di atas. Kita bisa melihat profiling pemilih dari masing-masing kandidat. Pemilih pasangan Ahok-Djarot mempunyai profile: non muslim, tionghoa, usia tua, pendidikan bawah, pendapatan atas, pemilih PDIP. Sedangkan profile pemilih pasangan Anies-Sandi, dan Agus-Sylvi mempunyai profile yang sama, yaitu: muslim, diluar tionghoa, usia muda, pendidikan atas, pemilih partai pendukung plus partai Golkar.
Ada empat alasan mengapa pasangan Ahok-Djarot menang ketika tiga pasang, dan kalah ketika Head To Head.
Pertama, perpindahan Dukungan. Jika head to head pasangan Ahok-Djarot vs Anies-Sandi pendukung pasangan Agus-Sylvi lebih banyak mengalihkan dukungan ke Anies-Sandi (64.3 persen) di bandingkan ke pasangan Ahok-Djarot (14.3 persen) . Hal ini karena pemilih Agus-Sylvi dan Pasangan Anies-Sandi satu profile.
Begitu pula, Jika pasangan Ahok-Djarot vs Agus-Sylvi, Pendukung pasangan Anies-Sandi lebih banyak ke pasangan Agus-Sylvi (59.1 persen), ketimbang ke pasangan Ahok (8.6 persen) karena kesamaan profile pemilih.
Kedua, Pemilih Muslim. Pasangan Anies-Sandi dan Agus-Sylvi unggul di Pemilih Muslim dengan basis pemilih muslim mencapai >90 persen. Sementara pemilih yang tidak mengingikan non muslim menjadi gubernur angkanya naik dari 40 persen pada Maret 2016 menjadi 55 persen di bulan Oktober 2016.
Ketiga, pemilih non tionghoa. Pemilih non tionghoa populasinya mecapai > 90 persen. Pemilih yang tidak ingin di pimpin oleh etnis tionghoa meningkat dari 30 persen di Maret 2016 menjadi 50 persen di Oktober 2016.
Keempat, Sentimen Anti Ahok. Membesarnya sentimen anti Ahok diluar isu agama dan primordial, yaitu mengenai kebijakan dan personality Ahok. Di Maret 2016 yang tidak setuju dengan kebijakan dan personalitinya di angka 25 persen, di Oktober 2016 menjadi 38.6 persen
Pertanyaan menarik lainnya adalah mengapa isu agama penolakan gubernur non muslim meningkat? Di Maret 2016 penolakannya di angka 40 persen, tetapi di Oktober ini menjadi 55 persen karena adanya Mobilisasi yang aktif dari para tokoh dan organisasi seperti istigosah di istiqlal yang menghasilkan Risalah Istiqlal, Demo Aliansi Peduli Umat dan Bangsa, Himbauan Ketua MUI, dan himbauan Ketua NU Jakarta.
Bisakah Ahok bisa bangkit kembali? Data ini adalah potret akhir September 2016. Ahok selalu mungkin bangkit kembali jika ia bisa mengurangi semakin meluasnya sentimen anti Ahok. Kenyataanya, sentimen anti Ahok dengan isu agama kini semakin luas dimobilisasi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved