Sebuah sumur minyak tradisional di Desa Pasir Putih, Kecamatan Ranto Peureulak, Kabupaten Aceh Timur meledak pada Rabu (25/04) dini hari. Insiden ini menyebabkan 15 orang meninggal dunia dan 3 rumah ikut terbakar.
Kronologi kejadian yang disampaikan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebut, sumur bor minyak yang berlokasi di Jalan Pendidikan, Dusun Kamar Dingin, Desa Pasir Putih Kecamatan Rantau Peureulak, Kabupaten Atim, yang diperkirakan kedalaman pengeboran sekitar -+ 250 meter di dalam bumi mengalami kelebihan produksi hasil minyak mentah.
Akibat kelebihan produksi tersebut banyak masyarakat yang melakukan pengumpulan minyak di sekitar sumur bor tersebut untuk dikumpulkan ke dalam drum (tempat penampungan minyak).
Sekitar pukul 01.30 WIB, muncul percikan api di sekitar lokasi sumur bor tersebut. Api dengan cepat menyambar di seputaran lokasi pengeboran dan penampungan minyak.
Semburan api yang besar mengakibatkan puluhan orang yang berada di sekitar lokasi ikut menjadi korban. Diperkirakan korban tidak sempat menyelamatkan diri pada saat kejadian.
Sementara Wakapolres Aceh Timur Kompol Apriadi mengatakan sumber ledakan diduga bukan berasal dari percikan api di pipa sumur. Kemungkinan ada warga yang membuang puntung rokok ke selokan sehingga api dengan mudah menyambar dan membesar.
"Masyarakat secara tradisional mengebor, keluar air dan minyak, masyarakat lelet mengambil minyak yang jatuh. Saat minyak jatuh di area parit, kemungkinan ada yang merokok, lupa dibuang, sehingga ada api," kata Apriadi.
Menurutnya, selama ini warga setempat biasa mengebor minyak secara tradisional. Bahkan dalam kejadian ini, kata Apriadi, sumur yang dibor bukan hanya mengeluarkan minyak, tapi juga gas.
Hingga kini kepolisian belum mengetahui pemilik sumur minyak ilegal tersebut. Berdasarkan data yang dimiliki kepolisian, pemilik sumur diduga telah meninggal dunia atas kejadian itu.
"Sementara informasinya meninggal. Ini masih penyelidikan. Kami belum bisa pastikan siapa pemiliknya," ujarnya.
Kobaran api belum bisa dipadamkan hingga sepuluh jam setelah awal kejadian. Kobaran api bahkan mencapai ketinggian 100 meter. Pihak kepolisian menunggu ahli dari PT Pertamina (Persero) untuk memadamkan kobaran api.
Sementara masyarakat juga telah diungsikan ke tempat yang lebih aman. Mereka dilarang mendekati lokasi kejadian meskipun api mulai padam. "Masyarakat sudah diungsikan radius 500 meter tidak boleh masuk. Kami khawatir masih ada gasnya," kata Apriadi.
Apriadi mengatakan berdasarkan hasil sementara korban yang meninggal dan sudah teridentifikasi berjumlah 10 orang.
Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Teuku Ahmad Dadek, Rabu (25/04), jumlah korban tewas bertambah menjadi 15 orang. Sementara korban yang mengalami luka berat sebanyak 40 orang. "Jenazah sedang diidentifikasi," ujarnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved