Realisasi subsidi listrik tahun 2010 tercatat membengkak Rp7,7 triliun. Peningkatan subsidi terjadi karena naiknya kebutuhan listrik. Selain itu juga akibat tertundanya proyek 10.000 megawatt tahap pertama yang membuat kebutuhan BBM PLN lebih tinggi dari perkiraan.
“Total realisasi subsidi dalam APBN Perubahan 2010 tercatat lebih tinggi Rp12,8 triliun dari total pagu subsidi sebesar Rp201,3 triliun,” kata Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Askolani saat memaparkan laporan evaluasi APBN Perubahan 2010, kemarin.
Askolani menjelaskan, meningkatnya realisasi subsidi 2010 terkait lebih tingginya beban subsidi listrik yang mencapai 104,5% dari pagu Rp55,1 triliun, dan subsidi non energi mencapai 129,5% dari pagu Rp57,26 triliun.
Lebih detil Askolani mengungkapkan, subsidi nonenergi 2010 mencapai Rp74,2 triliun, atau membengkak Rp16,9 triliun dari pagu Rp57,26 triliun. Ini terkait adanya subsidi pangan berupa penyaluran beras untuk warga miskin (raskin) yang ke-13 dan tambahan subsidi pajak. Dalam APBN-P 2010, pagu subsidi pangan dibudgetkan sebesar Rp13,9 triliun.
“Meski begitu pembengkakan realisasi subsidi berkurang sekitar Rp 12,8 triliun karena tidak terlampauinya target subsidi BBM,” ujar Askolani.
Askolani menyebut, sepanjang 2010, realisasi subsidi BBM tercatat Rp82,3 triliun atau terjadi penghematan Rp6,5 triliun atau 7,3% dari pagu subsidi BBM sebesar Rp88,9 triliun.
Walau kuota konsumsi BBM subsidi terlampaui, lanjut Askolani, anggaran subsidi tetap ada penghematan. Hal ini karena ada penguatan nilai tukar rupiah sepanjang 2010. Sehingga tidak melampaui asumsi makro APBN-P.
“Realisasi rata-rata kurs rupiah terhadap dollar AS pada 2010 senilai Rp9.087. Sementara asumsi makro di APBN-P sebesar Rp9.200,” pungkas Askolani.
© Copyright 2024, All Rights Reserved