Seluruh titik perlintasan rel kereta api terutama di Selatan Pulau Jawa yang banyak berbukit berpotensi longsor dan banjir. Hal tersebut dikarenakan lahan di sekitar rel mengalami alih fungsi menjadi perkebunan dan permukiman sehingga tidak mampu lagi menahan tanah.
Humas PT Kereta Api Indonesia (KAI) PT KAI Sugeng Priyono mengatakan, bencana yang menimpa KA Malabar di Tasikmalaya pada Jumat (04/04) lalu sebagai bukti bahwa potensi longsor di daerah perlintasan rel bisa terjadi dimana saja dan kapan saja.
"Sebelum KA Malabar lewat di sana, ada KA Argowilis jurusan Surabaya Bandung yang lewat di sana. Aman-aman saja. Giliran KA Malabar lewat tiba-tiba ada longsoran," kata Sugeng, Minggu (06/04).
Meski menyebut semua perlintasan kereta rawan longsor namun Sugeng tidak menyebutkan lokasi-lokasi yang rawan longsor tersebut. Semua lokasi yang dilalui oleh kereta api tanpa terkecuali menjadi perhatian PT KAI. "Tidak bisa kita sebutkan dimana-dimananya lokasi yang rawan longsor. Ini yang biasanya yang tidak pernah longsor tiba-tiba longsor," kata Sugeng.
Menurut Sugeng, penanganan oleh PT KAI untuk mengantisipasi bencana longsor saat menjelang persiapan arus mudik Idul Fitri bulan Juli nanti, PT KAI akan meningkatkan pemantauan dan penyisiran di sepanjang rel dengan mengerahkan juru penilai jalan setiap hari usai pemberangkatan kereta api terakhir.
"Menjelang arus mudik, kami akan menambah juru penilai jalan di setiap lokasi. Tugasnya memeriksa kondisi rel dan sekitarnya," kata Sugeng.
Sementara itu, berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), terdapat sedikitnya 25 kabupaten/kota di Jawa Barat (Jabar) yang berpotensi longsor dan banjir bandang. Di antaranya Bogor (23 titik), Sukabumi (33 titik), Bandung (34 titik), dan Tasikmalaya (35 titik).
© Copyright 2024, All Rights Reserved