Dalam rangka memperingati Konfrensi Asia Afrika (KAA) yang ke 62, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dengan Arsip Nasional Aljazair mengadakan pameran arsip di Museum Kebangkitan Nasional di Jakarta. Kegiatan yang memamerkan sekitar 1.778 lembar arsip itu digelar sejak Selasa (18/04) hingga Senin (24/04).
Kepala ANRI Mustari Irawan, mengatakan, selain arsip, kegiatan ini juga memamerkan sebanyak 37 berkas, 565 foto dan 7 film yang bisa disaksikan oleh masyarakat luas. Semua yang dipamerkan merupakan catatan bersejarah bagaimana KAA bisa melahirkan Dasa Sila Bandung. Padahal pertemuan internasional semacam itu baru pertama kalo diadakan.
"KAA adalah cikal bakal gerakan non blok. Sejumlah negara yang terlibat dalam KAA saat itu memiliki persoalan dalam negeri, terutama terkait kemerdekaan dan kedaulatan bangsa. Dengan diadakannya KAA, maka negara-negara peserta sepakat memperjuangkan kemerdekaan, kebebasan dan kerjasama," katanya kepada politikindonesia.com disela-sela acara pembukaan pameran arsip tersebut.
Menurutnya, KAA menjadikan Indonesia salah satu negara yang diperhitungkan dunia. Karena di usia ke-10 tahun masa kemerdekaan, Indonesia mampu menyelenggarakan KAA. Sehingga kepemimpinan Indonesia diharapkan dapat menjadi legitimasi sejarah dalam memperkuat diplomasi Indonesia. Khususnya dalam memperjuangkan tata perekonomian yang lebih berkeadilan.
"Indonesia yang pada tahun 1955 menjadi pelopor KAA, harus menggunakan momentum tersebut untuk menggelorakan kembali kepemimpinan Indonesia agar tatanan dunia baru yang lebih berkeadilan sebagaimana dicanangkan oleh Bung Karno melalui Conferences of the New Emerging Forces, benar-benar dapat diwujudkan," paparnya.
Sementara itu, Kepala Arsip Nasional Aljazair Abdelmadjid Chiki menambahkan, menyaksikan dokumen KAA 62 tahun lalu ibarat mimpi yang teralisasi. Itu adalah momen Indonesia menjadi negara yang sangat mendukung kemerdekaan Aljazair. Karena pada momen KAA, Aljazair menyuarakan keinginan untuk merdeka dan terlepas dari penjajahan bangsa.
"Saya akui, saat itu Indonesia aelalu ada bersama kami. Negara saya sangat beruntung bisa berkontribusi dalam acara yang sangat bersejarah ini. Banyak sekali peringatan yang mengenang dihati dan pikiran saya," ucapnya.
Dia menceritakan, pada saat awal pembebasan Aljazair 1 November 1944, saat itu berupaya mengembalikan kemerdekaan Aljazair dari para penjajah. Target utamanya adalah menyuarakan tentang permasalahan Aljazair di mata dunia Internasional. Indonesia pun sangat menghormatinya.
"Pada saat kami ingin menyuarakan permasalahan Aljazair, negara Indonesia memberikan saran dan menjadi titik pertama bagaimana kami menyuarakan permasalahan di mata Internasional. Dan. di Bandung-lah menjadi momentum paling bersejarah buat bangsa kami, dimana semua negara di dunia ini mendengarkan tangisan Aljazair untuk pertama kalinya," paparnya.
Adanya pameran ini, lanjutnya, jelas amat mengharukan. Bisa bertemu di saat sekarang untuk mengenang masa lalu. Karena KAA merupakan momentum yang tepat untuk semangat persaudaraan, toleransi dan persahabatan. Semua masalah yang ada bisa terselesaikan dengan jalan damai.
"Dengan semangat perjuangan KAA, semua negara peserta KAA diharapkan tetap bisa menjalin kerjasama bilateral dengan Indonesia. Karena Indonesia merupakan negara yang kaya. Kami menganggap Indonesia sebagai negara pemersatu bangsa. Tanpa KAA, tak akan ada yang mengetahui penderitaaan rakyat kami," tutup Chiki.
© Copyright 2024, All Rights Reserved