Pengamat Hubungan Internasional Asrudin Azhar menyatakan tidak setuju dengan pandangan yang menyebutkan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah titisan Soekarno atau Soekarno Indonesia abad-21, seperti yang dielu-elukan banyak orang.
“Balik lagi, ini isu lama yang diangkat. Jokowi hanya ingin show up sebagai tuan rumah, tapi saya yakin implementasi pidatonya tidak akan mudah. Ya mohon maaf saya bilang seperti pepesan kosong,” kata Asrudin Azhar, di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (23/04).
Asrudin mengatakan, Jokowi berbeda dengan Soekarno. Menurut Asrudin, Soekarno bisa membaca arah politik luar internasional. Sementara Jokowi tidak mempunyai kapasitas sejauh itu. Isu yang diangkat Jokowi dalam pidatonya adalah isu lama yang sejak era mantan Presiden Gus Dur, Megawati dan SBY sudah diangkat ke event pertemuan internasional KAA pada 2005 lalu
Sebelumnya, dalam pidatonya yang menggunakan Bahasa Indonesia, Presiden Jokowi menekankan adanya ketidakadilan global yang kini masih terjadi di dunia. PBB yang diharapkan sebagai organisasi yang dapat menjembatani itu justru tidak berdaya.
Jokowi juga mengatakan, negara-negara Asia dan Afrika wajib membentuk tatanan ekonomi baru bagi negara- negara berkembang. Hal tersebut, kata Jokowi, agar nasib perekonomian dunia tidak hanya bergantung pada Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Asian Development Bank (ADB).
Menurut Jokowi, pandangan yang mengatakan persoalan ekonomi dunia hanya bisa diselesaikan melalui ketiga lembaga keuangan global itu adalah pandangan keliru dan harus diubah.
Mengomentari pidato Jokowi tersebut, Asrudin mengatakan, ada kesalahan strategi yang dilakukan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di pembukaan Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke 60.
Menurut Asrudin, penting bagi Jokowi untuk mendorong negara Asia-Afrika meningkatkan kerja sama antarnegara tersebut di bidang ekonomi terlebih dulu sebelum menyasar ke ranah politik.
Asrudin mengatakan, faktanya saat ini kekuatan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi di kebanyakan negara Asia-Afrika tak sebagus negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Seharusnya Asia-Afrika mencontoh strategi Uni Eropa kala itu untuk memperat hubungan dan kerja sama antaranegara yakni melalui bidang ekonomi.
Tak hanya itu, dari data yang dia peroleh, saat ini ekspor negara di kawasan Asia ke Afrika tak lebih dari 20 persen. Sebaliknya, ekspor negara di kawasan Afrika ke luar benua tersebut lebih rendah, tak lebih dari 10 persen.
“Harusnya ekonomi yang menjadi konsen Jokowi, setelah itu baru ke ranah lainnya. Ya seperti memerdekakan Palestina,” kata Asrudin.
© Copyright 2024, All Rights Reserved