Kerusuhan kembali pecah di kota Ferguson, Amerika Serikat pada Senin (24/11). Protes yang diwarnai kekerasan meletus setelah dewan juri memilih untuk tidak mengajukan tuntutan terhadap seorang polisi kulit putih yang telah menembak mati seorang remaja kulit hitam, Michael Brown.
Presiden AS Barack Obama serta keluarga remaja 18 tahun mengimbau warga untuk tenang setelah jaksa St Louis mengungkapkan putusan juri.
Akan tetapi, massa yang marah di luar kantor polisi di mana polisi Darren Wilson bertugas mulai melemparkan botol dan batu. Petugas anti huru-hara pun membalas dengan gas air mata.
Saat Jaksa Penuntut Umum St Louis County, Robert McCulloch, menyampaikan ringkasan keputusan, Brown menangis dan orang-orang mulai bernyanyi, "Hei, hei, ho, ho polisi pembunuh itu harus pergi"
Di Washington, Obama segera muncul di televisi guna meminta warga kota di Midwestern itu untuk tenang. "Orang tua Michael Brown telah kehilangan lebih dari siapa pun. Kita harus menghormati keinginan mereka," kata Obama.
"Saya juga meminta para aparat penegak hukum di Ferguson dan wilayah itu untuk menunjukkan kepedulian dan pengendalian diri dalam mengelola protes damai yang mungkin terjadi."
Kata-kata Obama tidak dihiraukan warga Ferguson, di mana polisi dilempari dengan batu bata dan botol. Polisi pun menanggapinya dengan tembakan gas air mata.
Jaksa St Louis County mengatakan, bukti yang ditunjukkan kepada juri menyatakan, Wilson menembak sebagai tindakan legal untuk membela diri dalam pergumulan yang pecah saat ia menanggapi sebuah kasus perampokan.
Dia mengatakan "sebuah pertengkaran" pecah saat Wilson sedang duduk di dalam mobil patroli dan Brown berdiri di jendela. "Selama perselisihan itu, 2 tembakan dilepaskan Wilson saat masih di dalam kendaraan," ujar McCulloch.
"Brown berlari ke timur ... dan polisi Wilson mengejar," katanya. "Brown berhenti dan berbalik kembali ke arah polisi Wilson. Polisi Wilson juga berhenti. Michael Brown bergerak menuju polisi Wilson. Sejumlah tembakan lagi ditembakkan polisi itu dan Michael Brown terluka parah."
Setelah memeriksa bukti-bukti fisik dan mendengar keterangan para saksi, dewan juri berdiskusi selama 2 hari, menyimpulkan bahwa Wilson tidak perlu didakwa.
“Kami amat kecewa bahwa pembunuh anak kami tidak akan menghadapi konsekuensi dari tindakannya," kata keluarga Brown dalam sebuah pernyataan.
"Kami dengan hormat meminta anda semua agar aksi protes anda tetap berlangsung damai," kata keluarga itu, yang menyerukan perlunya reformasi hukum. "Menjawab kekerasan dengan kekerasan bukanlah reaksi yang tepat."
Brown, lulusan SMA yang telah berencana untuk kuliah, ditembak setidaknya 6 kali oleh Wilson dalam insiden di sebuah jalan di Ferguson. Penembakan tersebut telah memicu aksi protes selama beberapa Minggu yang kerap diwarnai kekerasan. Kasus ini juga memicu debat nasional tentang taktik polisi dan hubungan antara ras di Amerika.
© Copyright 2024, All Rights Reserved