Kawasan Jalan Medan Merdeka Timur, Gambir Jakarta Pusat pada Jumat (06/04) lumpuh akibat aksi unjuk rasa ribuan massa yang menuntut pemidanaan terhadap Sukmawati Soekarnoputri karena dianggap melecehkan Islam lewat puisinya, Ibu Indonesia.
Jalan Merdeka Timur itu dipenuhi massa, kendaraan bermotor milik massa yang diparkir, mobil damkar, mobil polisi, gerobak penjual kaki lima dan sebagainya.
Di setiap ruas menuju kawasan tersebut ditutup oleh polisi untuk akses terbatas, hanya untuk pejalan kaki. Kepadatan kendaraan terjadi di sebagian Jalan Merdeka Timur dari arah Tugu Tani dan Kebon Sirih. Arus lalu lintas di ruas tersebut dialihkan menuju Jalan Merdeka Barat.
Sementara arus kendaraan dari arah Pejambon menuju Medan Merdeka Timur hanya diarahkan menjauh menuju Masjid Istiqlal dan Jalan Medan Merdeka Utara.
Untuk aktivitas perjalanan kereta api di kawasan Stasiun Gambir dari dan ke luar Jakarta tetap berlangsung meskipun stasiun tersebut berada sangat dekat dengan Bareskrim Polri di Gambir.
Kegiatan unjuk rasa itu sendiri diawali shalat Jumat bersama dilanjutkan "long march" ke Bareskrim Polri dan dilanjutkan dengan orasi terbuka. Orator dalam aksi itu mendesak polisi menangkap dan menahan Sukmawati. Mereka juga ingin bertemu dengan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto.
"Akan ada delegasi yang masuk. InsyaAllah akan ditemui Kabareskrim," kata seorang orator dari atas mobil komando.
Demonstrasi itu dipicu oleh puisi yang dibacakan Sukmawati --adik kandung Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri-- di ajang Indonesia Fashion Week 2018 beberapa waktu lalu.
Para pengunjuk rasa menilai puisi Sukmawati menghina Islam karena membandingkan konde dengan cadar, dan kidung dengan azan.
Dalam demonstrasi yang dinamai Aksi Bela Islam itu, sorak sorai teriakan demonstran yang menuntut penangkapan putri presiden pertama RI Soekarno sempat terhenti sejenak saat azan dilantunkan. Usai mengumandangkan azan, ada seorang pengunjuk rasa yang membacakan ayat Alquran.
Sukmawati sebelumnya sudah meminta maaf kalau puisinya menyinggung umat Islam. Ia mengatakan puisi ini mewakili dirinya sebagai pribadi dan tidak dimaksudkan untuk menghina umat Islam Indonesia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved