Kementerian Pertanian (Kementan) berupaya mempercepat proses korporasi koperasi petani. Sebagai uji coba, saat ini ada 9 titik usaha yang sudah berjalan di wilayah sentra produksi padi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Pembentukan korporasi koperasi tersebut untuk membantu pengembangan usaha seperti dryer, combine harvester, rice milling unit (RMU) dan alat untuk pengemasan.
“Pembentukan korporasi ini sesuai arahan Presiden Jokowi yang menginginkan adanya koperasi yang terdiri dari BUMN dan Kementerian yang terkait dengan pangan,” katanya kepada politikindonesia.com usai mengadakan rapat percepatan pembentukan koperasi yang dikoorporasikan dengan 5 BUMN dan Kementerian yang terkait dengan pangan di Kantor Kementan, Selasa. (03/04).
Nantinya, lanjut Amran, koperasi tersebut akan memberikan bantuan paket berupa dryer, combine harvester, RMU dan packaging kepada petani. Sehingga, petani bisa mendapatkan harga yang baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan. Bahkan, diharapkan bisa memotong rantai pasok serta bisa menekan harga ditingkat konsumen dan bisa stabilkan harga.
“Target penyerapan koperasi nantinya 10 persen sampai 20 persen dari total yang ada. Kami juga akan memberikan pendampingan dan edukasi kepada petani, sehingga petani mampu berkorporasi” ungkapnya.
Dijelaskan, dalam pelaksanaannya akan dilakukan sinergi dengan BUMN Pangan non Bulog. Diantaranya, PT. Sang Hyang Seri (SHS), PT. Pertani dan PT. PPI. Bisa jadi, kedepan koperasi itu membentuk BUMDes. Sehingga yang sekarang sudah jalan bisa dipercepat.
“Dengan adanya korporasi koperasi, petani bisa mendapatkan harga beli gabah lebih baik. Contohnya, ada salah satu koperasi yang sudah menjadi korporasi ternyata bisa membeli gabah di tingkat petani seharga Rp4.200 hingga Rp4.300 per kilogram (kg) dan menjual dengan harga Rp8.000 hinggq 9.000 per kg,” ucapnya.
Ditambahkan, untuk membantu permodalan, pemerintah akan membuat skim khusus. Karena pemerintah juga sudah menyiapkan anggaran khusus untuk pembentukan koperasi tersebut. Sehingga koperasi itu bisa menjalankan kegiatan usahanya, termasuk membeli gabah dengan harga yang menguntungkan petani. Lalu, memproduksi dan menjual beras dengan harga yang layak untuk konsumen.
“Jadi semuanya akan diuntungkan, petani dan masyarakat juga bisa tersenyum lebar. Karena bisa mendapatkan harga beras yang murah dan terjangkau. Tentunya dengan beras yang bermutu juga. Sehingga ke depannya, tak ada lagi jeritan masyarakat yang mengeluhkan mahalnya harga beras,” tutup Amran.
© Copyright 2024, All Rights Reserved