Jumlah pasien kanker payudara di Indonesia cukup tinggi. Mengutip data dari Globocan tahun 2020, ada 396.914 kasus kanker payudara di Indonesia. Sepanjang tahun 2020, pertumbuhan kasus kanker baru mencapai 68.858 kasus dengan kematian mencapai lebih dari 22.000 jiwa.
Kanker masih jadi penyakit yang menakutkan dan juga mematikan. Itu sebabnya dibutuhkan support system yang kuat untuk mendukung sesama pasien kanker payudara agar tetap bertahan dan terus memiliki semangat hidup.
Untuk kondisi itulah kini banyak bertebaran organisasi yang concern pada pasien kanker. Salah satunya adalah Persatuan Pendukung Wanita Penyandang Kanker Payudara (P2WPKP). Organisasi ini dibentuk dr H Benny Kusuma SpB sub, spesialis onkologi MARS, dokter yang banyak menangani pasien kanker payudara.
Sejak awal didirikan tahun 2017, organisasi ini sudah tiga kali berganti kepengurusan. P2WPKP wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) kini diampu oleh Meta Ayuni Ssos. Penyintas kanker yang sudah tujuh tahun berjuang mengatasi kanker payudara yang dia alami.
Meta mengakui bergabung dengan organisasi akan membuat pasien kanker tahu bahwa mereka tak sendirian. Organisasi itu juga bisa memberi dukungan moril, hingga pinjaman obat-obatan.
Berikut wawancara Endah Lismartini dari politikindonesia.id dengan Meta Ayuni, Ketua P2WPKP wilayah Sumatera Bagian Selatan.
Sepertinya ini menjadi organisasi yang serius ya?
Iya. Ini didirikan dengan sangat serius. Awalnya beliau mendirikan organisasi ini untuk sharing saja tapi beliau mendirikannya dengan serius. Jadi meski hanya untuk sharing tapi organisasi ini dibuat serius dengan melibatkan notaris. Jadi ini adalah organisasi resmi. Enggak main-main.
Kepengurusannya sudah lengkap ya?
Sudah lengkap. Ini sudah berganti tiga kali kepengurusan sejak tahun 2017. Berdiri sejak 6 Februari 2017. Saat itu saya masih baru bergabung. Saya kebetulan terdeteksi kanker di November 2017.
Ketua pertama adalah Ibu Karmini, ketua kedua Ibu Erlinawati, dan saya yang ketiga. Kebetulan saya pernah kerja di lembaga sosial Dompet Dhuafa, jadi pengalaman kerja itu saya aplikasikan di organisasi ini.
Sejak kapan Anda jadi ketua organisasi ini?
2 April 2019 sampai 2025.
Berapa banyak anggotanya sekarang ini?
Seluruhnya, termasuk yang sudah meninggal ada lebih dari 300. Semua ada di dalam group whatsapp. Anggotanya juga dari berbagai wilayah, bahkan sampai dari Lampung. Jadi ini memang mengajak survivor dari wilayah Sumbagsel.
Cukup banyak ya?
Iya. Tapi yang meninggal juga sudah banyak, sudah sekitar 80-an. Mungkin di luar organisasi lebih banyak lagi, tapi kalau di kami yang terekam ya sejumlah itu. Karena enggak semua mau bergabung dengan organisasi ini. Jadi kebanyakan pasien kanker itu merasa stress sejak awal mereka terdeteksi. Biasanya mereka memilih keluar dari organisasi.
Tapi banyak juga yang sudah bergabung jadi senang, karena mereka tahu mereka enggak sendiri. Dan ada yang menyemangati.
Sekarang yang masih ada sekitar 200 lebih. Dan 90% anggotanya adalah penyintas kanker payudara. Tapi ada juga yang kanker getah bening.
Apa saja kegiatannya?
Banyak. Sebelum COVID-19, kami bikin pertemuan setiap bulan. Tapi sejak COVID akhirnya kami bikin pertemuan setiap tiga bulanan.
Selain pertemuan, kami bikin bank obat. Bank obat ini sengaja kami buat untuk membantu teman-teman survivor yang membutuhkan. Jadi dokter Benny ini menyumbang sebesar lima juta untuk bank obat dan kami belikan obat-obatan. Misalnya ketika obat-obat hormonal yang harus selalu diminum sedang kosong di apotik, maka mereka bisa meminjam di bank obat kami.
Seperti apa kerja bank obat ini?
Kami sediakan obat-obatan itu untuk berapa lama mereka butuh. Misalnya butuh selama dua minggu, atau seminggu, kami bantu sediakan.
Juga buat jaga-jaga misalnya ada pasien yang dokternya sedang tidak praktik dan dia tetap harus minum obat. Karena harga obat-obatan itu lumayan mahal. Mulai dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah. Karena obat hormonal ini juga terhitung obat keras dan belinya harus dengan resep dokter. Harganya juga lumayan mahal.
Jadi mereka kami pinjamkan dan mereka boleh bayar dengan obat lagi atau boleh juga bayar dengan uang. Karena beli obat-obatan itu enggak bisa beli sedikit. Apotek juga pasti menjualnya langsung satu kotak. Jadi enggak bisa beli satu keping, harus satu kotak. Karena kalau satu obat itu keluar, enggak ada yang akan beli lagi.
Kadang kalau ada survivor yang enggak mampu, obat itu juga kami hibahkan. Jadi memang kami buat sistemnya. Kadang ada juga pasien yang mampu yang ketika mengganti obat, dia malah melebihkan. Jumlah obatnya atau jumlah uangnya.
Anggota organisasi ini dari kalangan mana saja?
Dari berbagai kalangan. Bahkan yang termuda adalah anak SMA. Masih SMA kelas satu. Dan paling tua ada yang berusia di atas 60 tahun.
Profesinya juga beragam. Dari anak sekolah, ibu rumah tangga, guru, polwan, macam-macam. Dan penyintas yang tergabung ini ada yang baru dan ada juga yang sudah 15 tahun. Yang 15 tahun ini usianya sudah lebih dari 70 tahun.
Bagaimana memastikan seorang penyintas sudah sembuh dan bebas kanker?
Nah kalau dr Benny bilang, kalau pengobatan sudah lebih dari 10 tahun dan tidak ada keluhan, namanya bukan sembuh tapi dia akan bilang bebas tumor. Karena kalau dibilang sembuh, biasanya pasien akan lupa dan tidak lagi menjaga dan merawat kesehatan.
Jadi beliau ingin kita tetap selalu waspada, jangan lengah.
Jadi group ini juga dimanfaatkan untuk melakukan edukasi ya?
Iya. Ada pertemuan tahunan, biasanya pas halal bi halal dr Benny selalu datang dan mengingatkan kita soal ini. Kadang kami juga ada gathering sesama anggota. Ada juga undangan dari rumah sakit. Kami sering diundang oleh RS Hermina dan RS Pusri.
Kalau gathering acaranya apa?
Biasanya itu memang pertemuan pihak rumah sakit dengan kami. Setiap hari Kamis di pekan ganjil, kami juga selalu melakukan doa bersama untuk teman-teman kami yang sudah meninggal dunia.
Jadi awalnya dr Benny bikin group ini tujuannya apa?
Untuk sharing saja awalnya. Untuk sharing, untuk saling support. Untuk sama-sama tahu bahwa kami enggak sendirian.
Juga untuk saling bertukar informasi. Karena kami biasanya butuh informasi yang berdasarkan pengalaman, jadi enggak harus berdasarkan keilmuan. Misalnya, berbagi kondisi apa yang dialami ketika kemoterapi. Kondisi kulit seperti apa, kondisi tubuh seperti apa.
Sepanjang Anda menjadi ketua survivor ini, apa saja yang Anda lihat atau terasa ada perubahan di group ini?
Paling terasa adalah ketika ada anggota yang baru bergabung lalu disambut hangat, biasanya dia akan kembali ceria dan jadi lebih bersemangat. Karena dia tahu, ternyata dia enggak sendirian dan ini tidak semenakutkan yang dia bayangkan.
Misalnya, ketika disarankan kemoterapi, kebanyakan pasien langsung shock dan ketakutan. Tapi setelah bergabung dengan group ini dan mendengar langsung kisah mereka yang melakukan kemoterapi, biasanya dia jadi jauh lebih tenang. Karena dia kan mendengar langsung cerita pasien kanker yang menjalani kemoterapi.
Soal kemoterapi ini masih menakutkan pasien ya?
Sebab kemoterapi itu memang ada yang efeknya dahsyat tapi ada juga yang tidak berefek. Jadi sebaiknya tidak usah takut duluan sebelum melakukannya. Karena bisa jadi efek yang dialami tidak sedahsyat yang dialami teman-teman yang lain. Karena efek kemoterapi tiap orang berbeda-beda. Jadi tidak bisa disamakan satu sama lain.
Kami mungkin memiliki penyakit yang sama. Tapi cara terapinya bisa berbeda-beda, jadi hasil akhirnya juga bisa berbeda-beda. Jadi enggak perlu disama-samakan. Kami paling sering bilang, jangan melakukan cocokologi. Karena yang paling tahu penyakit dan kondisi adalah dokter. Jadi baiknya tidak melakukan cocoklogi.
Biarlah dr Benny yang melakukan diagnosa dan menentukan pengobatan apa yang cocok buat kita. Percaya saja sama dokternya. Sedangkan yang perlu dilakukan adalah menguatkan diri sendiri.
Kenapa Anda begitu percaya pada dokter yang menangani?
Karena meski penyakit sama, belum tentu terapinya sama. Ada yang minum obat dulu, baru operasi. Ada yang minum obat saja tanpa operasi. Ada yang kemoterapi, ada juga yang enggak perlu kemoterapi. Macam-macam.
Tapi kami juga tidak memaksa teman-teman. Sampai sekarang ada satu teman yang menolak operasi mastektomi (pengangkatan seluruh atau sebagian jaringan payudara -Red).
Entah kenapa dia menolak. Kadang ada juga yang suaminya tak setuju melakukan mastektomi. Padahal saya tahu rasanya menyimpan tumor itu. Pasti sakit itu. Bahkan, dr Benny juga bisa mengatakan hal yang sama, dia mengatakan, rasanya pasti sakit banget kalau tidak dilakukan mastektomi.
Sudah berapa lama Anda menjadi penyintas kanker payudara?
Sudah 7 tahun kalau dihitung dari sebelum perawatan tapi kalau dihitung dari perawatan dan selesai kemoterapi baru 6 tahun. Bulan Juni masuk tahun ke enam.
Apa pesan Anda untuk para penyintas?
Tetap kuat, banyak berdoa, jangan sedih, ikhtiar terus dan sadari bahwa dia enggak sendirian. Sakit ini mungkin bagi sebagian orang mengerikan tapi setelah dijalani ya rasa ngerinya bisa diatasi. Sepanjang rutin berobat, mendapat pengobatan yang tepat, dan mengikuti pesan dokter, insya Allah bisa sehat.
Harapan hidup selalu ada ya?
Selalu ada. Kita harus percaya bahwa Allah SWT punya ketentuan sendiri. Misalnya dokter mengatakan umur kamu tinggal sekian tapi kan kita boleh meyakini bahwa Allah SWT akan punya ketentuan yang berbeda. Dia bisa menyembuhkan kita dan menyehatkan kita kembali. Itu yang selalu saya tanamkan ke diri sendiri dan ke teman-teman penyintas.
Beberapa hari lalu ada pasien yang bilang, dokter mengatakan usia dia tinggal 6 bulan lagi. Saya jelaskan bahwa betul yang disampaikan dokter itu karena melihat usia medis berdasarkan tanda-tanda tubuh. Tapi saya yakinkan, kalau kita percaya kekuatan Allah SWT, kita berdoa dan minta pada Allah SWT, berapa tahun usia yang kita minta. Sampaikan saja itu semua. Mudah saja bagi Allah SWT untuk menambahkan umur kamu sampai berapa tahun yang kamu mau. Jadi kalau percaya sama Allah, jangan khawatir dengan mujizatNya.
Tapi tetap harus berobat ya?
Iya. Tetap harus berobat. Harus ikhtiar. Jadi doa dan ikhtiar itu harus tetap seiring sejalan. Dan saya sangat menyarankan, mohon maaf ya, jangan berobat herbal atau alternatif. Karena rata-rata yang berobat herbal itu sudah terlambat. Sudah pecah duluan.
Banyak kasus di group itu yang dia berobat herbal, atau alternatif, dan akhirnya pecah. Banyak pengobat alternatif bilang, kalau sudah pecah itu tandanya mau sembuh. Padahal sebenarnya kalau sudah pecah, itu sudah tanda-tanda dia menyebar ke mana-mana. Sudah tinggi itu, dan dokter pasti sudah geleng-geleng kepala itu. Bahkan ada yang sampai berbelatung.
Itu kasusnya sudah setahun. Jadi dia sudah divonis dokter untuk melakukan masektomi, tapi dia melakukan pengobatan alternatif selama setahun. Akhirnya malah pecah, dan baru setelah itu ke dokter dan malah si pasien yang marah-marah ke dokternya. Akhirnya dia hanya mampu bertahan setahun. Dia setahun bertahan di group.
Jadi Anda tidak menyarankan pengobatan alternatif dan herbal ya?
Saya menjalankan herbal itu sebatas madu, infused water, mau konsumsi kenikir untuk dijadikan lalap juga enggak apa-apa. Itu semua kan ciptaan Allah dan memang Allah ciptakan itu semua untuk kebaikan dan pengobatan.
Jadi konsumsi yang alami saja, jangan yang sudah dalam bentuk pil. Karena kita tidak tahu apa saja kandungan di dalam pil tersebut.
Jadi ketika berhadapan dengan penyakit ini, tetaplah ikhtiar, berdoa dan sabar dikuatin. luar biasa.
Anda pernah merasa drop?
Pernah. Wah itu salah satu ujian kesabaran. Karena saking lamanya pengobatan kadang jenuh sekali. Seperti enggak ada ujungnya, enggak ada berhentinya. Dan ketika kita lelah, di situlah support teman-teman sangat dibutuhkan. Begitu juga ketika bertemu teman-teman, itu akan sangat terasa bahwa butuh dukungan. Biasanya setelah itu kami jadi semangat lagi.
Itu sebabnya kalau tahu dr Benny punya pasien baru, kami akan semangat mendekati dan mengajak bergabung. Supaya saling menguatkan dan menjaga. []
© Copyright 2024, All Rights Reserved