Seperti tahun-tahun sebelumnya, pasca Lebaran sejumlah harga kebutuhan pokok masih tetap mengalami kenaikan dan belum ada tanda-tanda turun. Padahal, pemerintah sudah melakukan operasi pasar besar-besaran di sejumlah daerah dengan menjual bahan kebutuhan pangan dengan harga lebih murah.
Bahkan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam sepekan terakhir menjelang lebaran juga giat melakukan kunjungan pasar untuk memastikan harga di pasaran sesuai dengan keinginan pemerintah. Namun upaya tersebut ternyata tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Harga kebutuhan pokok di pasaran tetap saja tinggi.
Menanggapi hal itu Amran menyatakan pihaknya akan tetap melakukan operasi pasar bahan pangan pasca Lebaran 2016. Operasi pasar yang dilakukan tersebut diharapkan bisa segera menstabilkan harga bahan pangan. Jadi jangan anggap pemerintah gagal menekan harga pangan selama.
"Pasca Lebaran tahun ini, kami tetap akan terus melakukan operasi pasar supaya harga bahan pangan seperti bawang merah, daging sapi dan beras pasca Lebaran stabil. Kami harapkan operasi pasar kembali bisa dilakukan lagi di sejumlah lokasi dan Toko Tani Indonesia pada Rabu, (13/07)," katanya kepada politikindonesia.com usai Halal bi Halal, di kantor Kementan, Selasa (12/07).
Dijelaskan, pasokan bahan pangan seperti beras, bawang merah dan cabai keriting dari daerah produsen kurun Juni-Juli 2016 cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pasca Lebaran tahun ini, khusus untuk sayuran seperti produksi bawang merah dan cabai keriting terus meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh mulai kembalinya aktivitas para petani bawang merah di Indonesia setelah masa libur lebaran.
"Untuk sayuran cabai keriting dan bawang merah ini posisi di lapangan sekarang tenaga kerja petik atau panen sudah aktif pasca lebaran, angkutan dari sentra ke pasar sudah mulai jalan. Bahkan, truk-truk mulai Selasa (12/07) sudah bisa mengangkut ke Jakarta. Karena itu, operasi pasar khusus TTI akan terus dilakukan sampai harga bahan pangan stabil kembali," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Amran juga mengatakan, guna memenuhi tingginya kebutuhan daging, pihaknya melalui Perum Bulog akan mengimpor daging kerbau dari India. Bahkan, pihaknya juga pun masih membuka keran impor daging sapi dari Spanyol, Mexico, Brasil, dan Australia. Kedepannya, semua negara akan diberi kesempatan untuk mengimpor sapinya ke Indonesia.
"Jangan hanya cerita soal India saja. Semua negara kita beri kesempatan. Yang terpenting negara tersebut harus bebas penyakit mulut dan kuku (PMK). Status India sudah diubah dari country base menjadi zona base dan kami sudah surve tiga kali," ungkapnya.
Amran meyakinkan, impor daging kerbau dari India tak akan mengganggu pasar peternak lokal. Sebab, peternak lokal masih tetap diproteksi. Caranya adalah dengan impor daging sesuai kebutuhan. Artinya, besaran impornya tetap akan dibatasi. Sehingga harga daging impor akan tetap dijaga supaya tak mengganggu harga daging peternal lokal.
"Karena bagaimanapun juga peternak lokal harus dilindungi dan terjaga keberlanjutannya. Maka kami juga akan berencana menggandeng peternak lokal untuk ikut operasi pasar sehingga mereka tak lagi mahal menjual dagingnya ke masyarakat. Caranya, kami akan berupaya memutus rantai pasok sehingga peternak dan petani lokal bisa sama- sama dapat untung dengan menjual daging murah yang sesuai intruksi presiden," paparnya.
Sementara itu, secara terpisah Dewan Pimpinan Pusat Aliansi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (Appsindo), Hasan Basri mengatakan bahwa pembentukan TTI yang dibuat oleh Kementan cenderung dipaksakan. Karena saat ini TTI tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan pada harga pangan di pasar. Hal itu terbukti dengan terus naiknya harga sejumlah kebutuhan pokok di pasar saat ini.
"Naiknya sejumlah bahan pangan di pasar saat ini sangat berkaitan dengan proses supply dan demand. Tetapi kalau sekarang pemerintah gencar melakukan operasi pasar dengan adanya TTI, saya yakin itu tidak akan berlangsung lama, karena memang supply-nya masih sangat kurang, hasil produksi petani masih belum stabil dan kemudian berdampak pada harga," tuturnya.
Terkait dengan adanya anggapan bahwa ada permainan pasar yang memanfaatkan momentum Lebaran untuk mencari keuntungan yang besar, ia menegaskan bahwa hal tersebut tidak ada. Naiknya harga pada saat ini lebih dikarenakan oleh sedikitnya pasokan sementara permintaan konsumen terus meningkat, maka dampaknya pada harga yang terus berfluktuatif. "Saya berharap agar pemerintah terus melakukan pembenahan di sektor hulu yakni peningkatan produksi, baru kemudian terus ke hilir," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved