Para pemimpin dunia marah dengan kebiadaban Israel melakukan serangan terhadap satu kamp pengungsi Palestina di Rafah, Gaza selatan, Minggu (26/5/2024).
Kementerian Kesehatan (Menkes) Palestina, menungkapkan, ada pun jumlah korban tewas akibat serangan tersebut, yang terjadi di lingkungan Tel al-Sultan di Rafah barat, bertambah menjadi 45 orang.
“Marah dengan serangan Israel yang telah menewaskan banyak pengungsi di Rafah,” tulis Presiden Prancis Emmanuel Macron di X.
“Operasi ini harus dihentikan. Tidak ada wilayah yang aman di Rafah bagi warga sipil Palestina,” ujar dia, seraya menyerukan “penghormatan penuh terhadap hukum internasional dan gencatan senjata segera,” tulis Macron.
Senada dengan Macron, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell,
mengatakan, dia “ngeri” dengan berita serangan itu.
"Saya mengutuk keras tindakan ini. Tidak ada tempat yang aman di Gaza," kata Borell dengan nada marah.
Borell mendesak diakhirinya serangan Israel dan penghormatan terhadap hukum internasional dan perintah Mahkamah Internasional (ICJ) untuk menghentikan serangan di Rafah.
Selain itu, politisi Inggris, Pemimpin Partai Buruh Keir Starmer, yang akan bersaing dalam pemilu tanggal 4 Juli, mengatakan, dia akan mengupayakan gencatan senjata setelah terpilih sebagai perdana menteri.
“Adegan-adegan itu, laporan-laporan itu mengerikan. Yang lebih parahnya adalah ini adalah zona aman, dengan perempuan dan anak-anak di dalamnya, keluarga-keluarga yang sudah beberapa kali mengungsi,” kata Starmer.
“Saya terkejut dengan apa yang saya lihat dalam semalam, saya pikir setiap manusia akan terkejut dengan apa yang mereka lihat dalam semalam,” kata Starmer.
Starmer mengatakan, jatuhnya korban sipil adalah “konsekuensi yang tidak dapat dihindari” dari operasi militer Israel di Rafah, yang telah diperingatkan oleh para pemimpin dunia.
Politisi sayap kiri Inggris, Jeremy Corbyn, menyebut serangan itu sebagai “kegagalan kemanusiaan yang mengerikan”.
Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan juga marah dan menyebut Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu biadab.
Erdogan berjanji akan meminta pertanggungjawaban Netanyahu yang “biadab” atas serangan hari Minggu tersebut, dengan menyatakan serangan tersebut “tidak ada hubungannya dengan kemanusiaan”.
Awal bulan Mei 2024 ini, Turki mengakhiri semua perdagangan dengan Israel karena perannya dalam krisis kemanusiaan di Gaza, mengakhiri perjanjian perdagangan bebas jangka panjang.
Serangan itu terjadi hanya dua hari setelah pengadilan tinggi PBB, ICJ, memerintahkan penghentian segera tindakan militer Israel di Rafah, yang mungkin merupakan pelanggaran terhadap kewajibannya berdasarkan Konvensi Genosida.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Mesir juga mengecam serangan itu sebagai tindakan yang “disengaja”.
Menurut Mesir, hal itu merupakan “pelanggaran mencolok terhadap hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa Keempat”. Serangan itu dapat menghambat upaya apapun untuk menyetujui gencatan senjata.
Qatar juga mengutuk serangan itu dengan “sekeras-kerasnya”. Mereka menyerukan pihak berwenang Israel untuk mematuhi keputusan ICJ.
Qatar menyatakan, komunitas internasional harus mencegah pasukan pendudukan melaksanakan rencana mereka yang bertujuan memaksa warga sipil mengungsi dari kota yang telah menjadi tempat perlindungan terakhir bagi ratusan ribu pengungsi di Jalur Gaza.
Selama ini, Qatar dan Mesir telah menjadi dua mediator utama antara Israel dan Hamas sejak awal permusuhan pada 7 Oktober.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Uni Emirat Arab (UEA) mengeluarkan pernyataan mengecam serangan tersebut. UEA mengatakan, serangan tersebut menewaskan warga sipil yang tidak bersalah.
UEA mengulangi seruannya untuk melakukan gencatan senjata dan menjunjung tinggi keputusan ICJ yang memerintahkan Israel mengakhiri dan mencegah pelanggaran terhadap Konvensi Genosida.
Arab Saudi juga mengutuk serangan itu sebagai pelanggaran terang-terangan yang dilakukan pasukan Israel terhadap semua resolusi, hukum dan norma internasional dan kemanusiaan.
Pernyataan dari Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Saudi menyerukan, komunitas internasional untuk segera turun tangan untuk menghentikan pembantaian dan mencegah semakin parahnya bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Politisi Irlandia, Tanaiste Micheal Martin, berbicara pada konferensi pers, mengatakan, serangan Israel terhadap Rafah adalah “biadab”.
Martin mengatakan, langkah-langkah harus diambil untuk menegakkan permintaan PBB untuk mengakhiri kekerasan di Gaza.
Ada pun pada Selasa (28/5/2024), Irlandia, Norwegia, dan Spanyol secara resmi mengakui Palestina sebagai negara, yang memicu penolakan keras dari Israel.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Venezuela pada Senin menyatakan serangan Israel terhadap Rafah “kejam dan tidak manusiawi” dan “berkontribusi memperburuk konsekuensi dan kondisi kemerosotan yang dialami penduduk di Gaza”.
Di sisi lain, Israel berdalih serangan udaranya terhadap Tel al-Sultan menargetkan kompleks Hamas dan menewaskan dua pemimpin senior kelompok tersebut.
Sejauh ini Hamas belum mengonfirmasi kematian kedua anggotanya.[]
© Copyright 2024, All Rights Reserved