Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya menstabilkan harga komoditas cabai merah dan bawang merah yang saat ini masih tinggi. Gelar operasi pasar, Kementan mendatangkan cabai merah dan bawang merah langsung dari petani untuk dipasarkan di Jakarta dan sekitar.
Seperti pada Rabu (16/03), Ditjen Hortikultura Kementan mendatangkan cabai merah kering dan cabai rawit merah masing-masing sebanyak 2 ton dari Magelang, Jawa Tengah.
Dirjen Hortikultura Kementan Spudnik Sujono mengatakan cabai merah dan cabai rawit keriting ini didatangkan langsung dari para petani sebagai bukti produksi itu ada dan tidak mungkin ada kelangkaan.
"Produksi cabai per bulannya mencapai 90 ton. Sedangkan, kebutuhan kita hanya 80 ton per bulan. Kalau selalu dikatakan langka, kelebihan 10 ton setiap bulannya itu dikemanakan," ujar dia kepada politikindonesia.com saat menyambut kedatangan cabai dari Magelang di Kantor Ditjen Hortikultura, Jakarta, Rabu (16/03).
Dijelaskan, masyarakat selalu menjerit sejumlah komoditas hortikultura langka. Padahal, kenyataan dilapangan komoditas tersebut ada. Namun, hanya saja ada permainan harga di antara pedagang. Hal itu dianggap wajar karena masih panjangnya rantaj distribusi sehingga memungkinkan para pedagang meraup untung besar.
"Kami tidak bisa melarang para pedagang untuk menjual dengan harga mahal. Itu sah-sah saja dan merupakan hak pedagang. Karena bukan wewenang kami untuk melarangnya. Oleh sebab itu, kami sedang berupaya bersama Kementerian Perdagangan untuk memutus mata rantai distribusi ini. Sehingga tak ada alasan lagi untuk pedagang menjual dengan harga mahal," paparnya.
Dia mengaku membeli cabai dari petani di Magelang dengan harga antara Rp27.000 hingg Rp29.000 per kilogram (kg). Begitu sampai di Jakarta, cabai merah keriting dijual dengan harga Rp30.000 per kg dan cabai rawit merah seharga Rp35.000 per kg. Dalam operasi pasar ini tidak ada keuntungan yang diambil sedikit pun. Ada pun harga jual tersebut sudah ditambahkan untuk biaya transportasi.
"Kami tidak bisa terus menerus melakukan operasi pasar. Karena kami juga tidak ada anggarannya. Adapun kegiatan ini kami lakukan dengan menggunakan biaya koperasi. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini harga cabai dan bawang merah bisa kembali normal. Untuk operasi pasar ini, kami tidak mengambil untung. Walaupun petani untung sedikit, saya sudah senang karena mereka bisa berproduksi lagi," ungkapnya.
Menurutnya, pada musim hujan seperti saat ini kerap kali menjadi alasan klasik untuk terjadinya kelangkaan cabai dan bawang merah di Indonesia. Sebab musim hujan dijadikan alasan gagal panen serta terganggunya distribusi bawang merah dan cabai dari daerah produsen ke daerah lainnya.
“Itu alasan biasa. Mereka mencari peluang pas musim hujan. Mereka pasti bilang tanaman hortikultura rusak. Cabai rusak, bawang merah juga rusak. Sehingga harga jadi naik," ucapnya.
Namun, lanjutnya, ini semua terjadi karena ada ada oknum pedagang besar yang mengatur suplai bawang merah dan cabai sehingga harga menjadi tinggi. Untuk mengantisipasi adanya pengendalian distribusi bawang merah dan cabai oleh oknum tertentu, pihaknya akan melakukan kegiatan bertani bawang merah dan cabai di semua provinsi. Kemudian, memperkuat daerah kantong produksi bawang merah dan cabai agar produksinya dapat ditingkatkan.
"Jadi daerah-daerah kantong yang kami perkuat. Mereka akan menjadi daerah penyangga bawang merah dan cabao bagi daerah-daerah yang kosong tadi sampai nanti semua provinsi dapat melakukan penanaman bawang merah dan cabai," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved