Kalau saja KH. Asmuni Ishaq bukan kiai dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), tentu kematiannya yang tragis di tangan perampok pada Kamis (27/11) dinihari di rumahnya di Jatiroto, Lumajang, tidak berujung pada silang komentar antara kriminal dan politis. Terlebih, tiga pekan sebelumnya ada peristiwa permbunuhan yang juga menimpa seorang tokoh NU Jember bernama Haji Rofik di Semboro, Jember.
Kasus kematian kiai sederhana yang juga Ketua Dewan Syuro DPAC PKB Jatiroto itu, semakin ramai diperbincangkan setelah mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur mengeluarkan pernyataan yang mengundang kontroversial. Gus Dur menuding, peristiwa pembunuhan kiai tersebut sebagai upaya menggagalkan pelaksanaan Pemilihan Umum 2004.
Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur (Jatim) Irjen Polisi Heru Susanto langsung menepis tudingan itu. "Hasil penyelidikan polisi menyebutkan, kedua peristiwa itu merupakan tindak kriminal murni dan tidak saling berkaitan," kata Inspektur Jenderal Polisi Heru Susanto di Surabaya, pekan lalu. Menurut Heru, terlalu jauh mengkaitkan masalah itu dengan teror terhadap kiai untuk menggagalkan Pemilu 2004.
Kapolda menjelaskan perampokan yang berujung pada pembunuhan yang terjadi pada 27 November 2003 sekitar pukul 02.15 WIB dilakukan enam orang penjahat dengan muka ditutup kain. Para penjahat ini menerobos masuk rumah korban setelah terlebih dulu mencongkel jendela. Ivan, anak KH Asmuni, sempat memergoki, tapi tidak dapat berbuat banyak lantaran disekap salah satu penjahat. Kemudian, penjahat lainnya masuk ke kamar KH Asmuni.
Diduga karena melakukan perlawanan, penjahat itu menebas tubuh korban dengan parang hingga tewas. Isteri korban, Hajah Mutmainah yang berteriak minta tolong juga tak luput dari sabetan parang hingga terluka parah. Akibat teriakan isteri korban, kawanan penjahat itu kabur dan belum sempat membawa harta curian. "Motifnya percobaan pencurian dengan kekerasan karena korban nekat melawan. Jadi bukan teror ninja," tandas Kapolda.
Pembunuhan juga menimpa seorang tokoh NU Jember bernama Haji Rofik di Semboro, Jember, sekitar tiga pekan sebelumnya. Untuk kasus ini, jelas Kapolda, sudah berhasil ditangani polisi. Bahkan, polisi telah meringkus dua orang tersangka pembunuhnya: Syaiful dan Antok. Diketahui, kedua tersangka nekat membunuh korban lantaran hak-haknya tidak dibayarkan. "Jadi jelas kasus di Lumajang dan Jember itu tidak ada hubungannya," kata Kapolda.
Menanggapi keinginan Gus Dur untuk mengerahkan Banser, Pagar Nusa dan Garda Bangsa, Kapolda mengimbau tidak perlu dilakukan. Karena, polisi telah melakukan upaya maksimal untuk memburu pelaku pembunuhan terhadap KH Asmuni. "Kami telah menemukan indikasinya, tapi belum bisa diungkapkan ke umum. Jadi percayakan saja masalah ini pada polisi. Sebab, kalau ada unsur di luar polisi yang ikut bergerak malah menyulitkan kerja kami," kata Kapolda lagi.
Belakangan aroma politis seolah mengikuti selepas pembunuhan KH Asmuni Ishak. Ketenangan dan keselamatan kiai NU dan pengurus DPC PKB Lumajang yang konsisten dengan DPP PKB pimpinan KH Abdurrahman Wahid-Alwi Shihab terusik. Sejak pembunuhan Ketua Dewan Syuro PKB Jatiroto, KH Asmuni Ishaq, kini ganti mereka yang menerima teror melalui telepon. Intinya, minta mereka tidak neko-neko agar tak menerima nasib tragis seperti Kiai Asmuni.
"Berdasar laporan yang kami terima pada hari ini (1/12), setidaknya ada tiga pengurus PAC dan DPC PKB yang menerima teror melalui telepon,” ujar Wakil Sekretaris PKB Lumajang Nanang Hanafie. Nanang keberatan mengungkapkan nama-nama pengurus PAC dan DPC PKB yang menerima teror tersebut. Dia cuma menjelaskan, rumah KH Khidir Fasah pada Senin (1/12) pukul 23.30 WIB terus dikitari dua orang tak dikenal yang naik sepeda motor.
Karena tindakan orang tak dikenal itu mencurigakan, saudara Kiai Khidir, Haji Lutfi, melaporkan situasi mencurigakan kepada polisi melalui telepon 119. "Akhirnya memang ada polisi yang meluncur ke TKP di wilayah Kecamatan Lumajang Kota. Namun, orang tak dikenal yang mengitari rumah Kiai Khidir sudah pergi," tambahnya.
Menyinggung isi ancaman kepada pengurus DPC PKB, Nanang mengemukakan, si penelepon gelap mengancam akan menghabisi pengurus DPC dan PAC PKB yang berani macam-macam. Peneror mengingatkan agar pengurus DPC dan PAC PKB tak terlibat aktif di kepengurusan DPC PKB yang berkantor di Jl KH Iljas. "Kami menilai, teror pada Senin malam tersebut kemungkinan besar masih terkait dengan pembunuhan terhadap KH Asmuni Ishaq," ujarnya.
Memang, pasca pemilihan Bupati Lumajang, partai berlambang bola dunia yang dikelilingi bintang sembilan itu dililit persoalan internal. Sebab, kebijakan DPP PKB yang merekomendasikan nama Munif Baisuni tak diindahkan oleh 14 anggota FKB di DPRD Lumajang. Mereka lebih suka memilih Achmad Fawzi, bupati lama. Akhirnya, dalam pemilihan Achmad Fawzi terpilih kembali sebagai orang pertama di kabupaten berpenduduk satu juta orang tersebut.
Tapi, Nanang pesimistis kalau dugaan motif pembunuhan KH Asmuni akibat konflik internal di PKB. "Karena itu, polisi harus cepat mengungkap kasus ini. Biar dugaan yang disampaikan Gus Dur bahwa pembunuhan ini untuk mengacaukan Pemilu 2004 bisa diklarifikasi," tuturnya.
DPR juga ikut nimbrung untuk minta klarifikasi dari Kapolri, Jend Pol Dai Bachtiar, mengenai motif pembuhunan di Lumajang itu. “Apakah kasus ini terkait unsur politis atau tidak, kita akan panggil minggu ini,” ungkap Wakil Ketua Komisi I DPR, Drs Effendi Choirie.
Ketua Pelaksana Harian PP GP Ansor, Drs Zuhdi Muhdlor, saat ditanyai kemungkinan pengerahan Banser guna menangkal “aksi ninja,” pihaknya tak ingin terburu-buru. GP Ansor masih menunggu hasil penelitian dari PW Ansor Jawa Timur dan PWNU Jawa Timur.
Kalau ternyata hasil penelitian menunjukkan memang ada unsur politisnya, kata Zuhdi, Banser sebagai benteng ulama siap menangkal usaha pembunuhan itu, dengan cara-cara NU. “Saat ini Banser Jawa Timur yang siap menjalakan tugas itu 500.000 orang. Hanya saja, Gus Dur pernah bilang, perlu disiapkan Banser Kobra yang jumlahnya 99 orang, sesuai dengan asmaul husna,” katanya.
Tapi, Drs KH Ali Maschan Moesa, Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, lebih mempercayakan pada aparat. “Ya, untuk sementara PWNU Jawa Timur bisa menerima hasil penelitian aparat kepolisian. Tapi kita juga berusaha mengumpulkan data atau bukti baru yang memungkinkan adanya motif lain, termasuk motif politik. Sebab itu, PWNU juga minta kepada aparat kepolisian agar terbuka dan transparan serta tidak ditutup-tutupi,” tandasnya.
[Belum Ada Indikasi Politis]
Kontoversi mengenai motif pembunuhan Kiai H. Asmuni di Lumajang, Jawa Timur, masih terus merebak. Di kalangan NU sendiri terbelah dalam menilai motif pembuhunan ketua Dewan Syuro DPAC Jatiroto, Lumajang itu. Lalu, bagaimana pendapat KH. Hasyim Muzadi, ketua Tanfidziyah PBNU mengenai kasus itu. Inilah penjelasannya:
PBNU sudah mengirim tim ke lokasi. Begitu pula PWNU Jawa Timur, PCNU Jember dan PCNU Lumajang. Kemudian, masih ditambah lagi anak-anak Pagar Nusa yang ikut mencari fakta seputar pembunuhan KH Asmuni Ishak.
Hasil pengecekan sementara, motif yang paling menonjol adalah tindakan kriminal dan konflik. Korban ini banyak konflik dengan sejumlah pihak. Oleh sebab itu, saya katakan sementara ini belum ada indikasi yang mengarah ke masalah misteri yang bersifat politis. Apalagi yang menyangkut kasus seperti dulu, 1998-1999, soal isu dukun santet.
Gejalanya tidak sama dengan 1998. Saya waktu itu masih menjadi Ketua PWNU Jawa Timur. Pada saat itu semua korban tak dirawat. Bahkan banyak korban yang diseret melewati kantor Koramil. Sampai-sampai polisi pun tak mampu berbuat apa-apa. Dulu sampai ratusan orang mati.
Sekarang ini kan, kalau ada kejadian pembunuhan langsung diusut sebagaimana mestinya. Hanya masalahnya, sampai sekarang belum ketemu siapa orangnya (yang membunuh). Saya berharap supaya cepat ketemu agar spekulasi di masyarakat tak berlarut-larut.
Kalau ada pihak yang menolak hasil kerja polisi, ya dia bikin polisi sendiri dong. Suruh dia menyelidiki ke sana. Tentu kalau menolak harus ada dasarnya. Jadi kalau polisi dianggap tidak betul, lalu yang betul itu datanya bagaimana. Kita tidak boleh bicara berhenti sampai di sini.
Kemarin saya dengar di Jember ada korban pembunuhan lagi. Korban itu orang kampung biasa yang kemudian dituduh dukun santet. Sehingga, kasus ini merebak ke tetangga. Jadi ya tugas polisi lah untuk segera menangkap siapa pembunuh itu. Hal ini guna mencegah jangan sampai berlarut-larut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved