"Penandatanganan kerja sama ini merupakan upaya menyelesaikan masalah pokok perberasan nasional. Masalah beras harus diselesaikan tuntas dan tidak boleh setengah-setengah," kata Wapres Jusuf Kalla, usai menyaksikan penantanganan kerjasama antara Artha Graha (AG) Network melalui PT Sumber Alam Sutera (SAS) dan Sichuan GuaHao Seed Industry (SGSI) dalam pengembangan pusat hibrida terpadu di Indonesia, Minggu (10/6) di Chengdu, Propinsi Sichuan, Cina.
Menurut Kalla, bangsa Indonesia harus belajar ke Cina sebagaimana hadis Rasulullah. "Harus belajar ke Cina, kok orangnya berjumlah 1,3 miliar tidak punya masalah beras. Kok kita kesulitan terus. Inti pokoknya produktivitas dan produktivitas itu artinya masalah benih, pupuk dan teknologinya. Pokoknya, tahun depan masalah beras nasional ini bisa diselesaikan. Kerjasama perusahaan nasional dengan Cina ini merupakan upaya, agar tersedia ketercukupan pangan," kata Kalla.
AG Network yang diwakili Babai Chalimy menantangani perjanjian kerjasama dengan Chairman SGSI Jing Fusong Ikut menyaksikan, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Menteri Pertanian (Mentan), Anton Apriyantono, Kepala Perum Bulog Mustafa Abubakar, Wali Kota Mianyang Qiu Ming Jun, dan pimpinan Artha Graha Group Tommy Winata, serta Direktur PT SAS Faishol Djausal.
Lewat kerjasama ini, dimungkinkan akan terealisasi ketersediaan sejuta ton beras nasional tahun ini. Selama ini AG Network dan SGSI memproduksi benih padi hibrida varietas Bernas di Kecamatan Trimurjo, Lampung Tengah, dengan produksi padi rata-rata 10 ton per hektare.
Ketika ditanya pers, apakah Indonesia siap menjadi produsen beras terbesar di Asia Kalla mengatakan hal yang paling pokok adalah swasembada dulu. "Intinya, kita tidak bicara impor lagi tahun depan. Itu dulu persoalan pokok kita atasi, baru bicara ekspor," ujar Jusuf Kalla, seperti dikutip {Antara}.
Sementara itu, menurut Menteri Pertanian Anton Apriyantono, kecukupan pangan atau swasembada beras merupakan komitmen pemerintah Indonesia yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Untuk itu, pemerintah menaruh perhatian sangat besar terhadap upaya peningkatan produksi padi dan pendapatan petani.
Dia yakin teknologi, benih yang unggul dan pupuk yang tersedia pada saat ini dapat memberikan jaminan untuk mencapai target tambahan produksi dua juta ton tahun 2007 dan 5% setiap tahunnya pada tahun-tahun berikutnya. "Kami mengharapkan Pusat Benih Hibrida Terpadu dapat direalisasikan akhir tahun 2008, dan resmi beroperasi pada awal tahun 2009, sehingga benih padi tidak lagi menjadi masalah," kata Anton.
Dengan kerjasama ini, menurut Anton, Indonesia diharapkan dapat memasuki era pada 2010 dapat berperan penting dalam sektor dpertanian dan perkebunan, bukan hanya untuk kawasan Asia Tenggara, tetapi juga diperhitungkan dunia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved