Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Panjaitan mengaku dirinya tidak kaget apabila ada pejabat yang ditangkap karena kedapatan menggunakan narkoba.
"Bahaya narkoba besar dan tidak ada ukuran agama, muda, tua, orang biasa. Tidak usah kaget jika ada pejabat yang terkena. Saya titip supaya semua bisa antisipasi penyalahgunaan narkoba," kata Luhut saat mengunjungi Pondok Pesantren Tambakberas, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Rabu malam (16/03).
Luhut datang ke Jombang dalam rangka silaturahmi dengan ulama ke sejumlah pondok pesantren, yaitu di PP Tambak Beras, PP Denanyar, serta PP Tebuireng. Di Tebuireng, Menteri Luhut ziarah ke makam Gus Dur.
Luhut meminta pondok pesantren ikut berpartisipasi aktif memberantas peredaran narkoba. Pasalnya, menurut Luhut, bahaya narkoba sudah sangat besar.
Luhut menyayangkan adanya pejabat yang terlibat penyalahgunaan narkoba. Seperti kasus yang baru terungkap oleh BNN yang menggerebek rumah pribadi Bupati Ogan Ilir (OI) AW Nofiadi dan dari hasil tes urine ternyata positif mengandung narkoba. Bahkan, adanya temuan itu bisa saja terjadi pada pejabat lainnya.
Luhut mensinyalir, selain masyarakat umum, narkoba juga menyusup ke santri. Modusnya diberikan pil atau permen untuk vitamin. Santri yang mengonsumsi tidak sadar, dan baru mengetahui jika dia mengonsumsi narkoba dalam kondisi sudah kecanduan. Di Jatim bahkan terdapat laporan narkoba masuk ke santri.
Luhut sangat berharap para santri juga ikut berpartisipasi aktif ikut memberantas penyalahgunaan narkoba. Salah satunya dengan melaporkan jika ada yang ketahuan mengonsumsi narkoba. Sebab, jika sudah sampai tujuh kali atau lebih narkoba yang dikonsumsi sudah mulai merusak saraf.
"Narkoba ini lebih berbahaya ketimbang terorisme. Untuk itu, memberantas narkoba tidak bisa sendirian, tapi bersama-sama," kata Luhut.
Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso (Buwas) juga menegaskan saat ini Indonesia sudah darurat narkoba. Dalam kondisi darurat tersebut, dia menilai perlu pelibatan Tentara Nasional Indonesia.
Buwas mengungkapkan, saat ini ancaman sindikat narkoba terjadi di hampir seluruh wilayah NKRI. Bahkan, bandar narkoba juga membuat jaringan dengan dukungan kekuatan finansial sehingga sulit diberantas.
Salah satu bukti besarnya kekuatan finansial sindikat narkoba itu terungkap adanya sejumlah narapidana yang masih bisa mengendalikan jaringannya meski berada di dalam tahanan.
© Copyright 2024, All Rights Reserved