Pergerakan lapisan atas bumi tampaknya juga sedang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Seperti yang terjadi di kawasan lereng Gunung Dempo, Kota Pagaralam, Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami longsor mencapai ratusan meter.
Lokasi longsor tepatnya di Kampung IV Selter II, Kelurahan Dempo Makmur, Kecamatan Pagaralam Utara. Daerah yang mengalami longsor berada di jalan yang akan dilalui pendaki Gunung Api Dempo atau berjarak sekitar dua kilometer dari Pos Tagana atau Kampung IV perumahan karyawan PTPN VII.
Berdasarkan pantauan pada Minggu (09/01), lokasi longsor berada pada ketinggian 1.900 di atas permukaan laut (dpl) di tangsi III. Tepatnya, sekitar 2 kilometer dari perbatasan kebun teh milik PT Perkebunan Nusantara VII atau dua jam perjalanan dari posko SAR atau Taruna Siaga Bencana (Tagana) di daerah ini.
Daerah yang longsor itu juga merupakan jalan yang digunakan untuk mendaki Gunung Api Dempo yang memiliki ketinggian 3.173 dpl. Lebar longsoran diperkirakan sekitar 100 meter dengan kedalaman sekitar 200 meter. Posisinya berada di sekitar jurang kawasan hutan lindung Gunung Dempo.
Penyebab longsoran tersebut kemungkinan karena kerusakan hutan akibat penggundulan dan terjadi perambahan di wilayah itu. Di sepanjang daerah aliran sungai (DAS) sekitar lereng gunung itu juga sudah mengalami pengikisan akibat sering terjadi banjir bandang. Sebab pohon pelindung hutan lindung Gunung Dempo sudah banyak berkurang.
Ketua Pos Pemantauan Gunung Api Dempo, Slamet, mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan berapa meter luas dan tinggi daerah yang terjadi longsor. Kejadian itu masih berada di lereng Gunung Dempo. Sehingga tidak akan berpengaruh dengan puncak gunung.
"Namun kondisi longsor tidak bisa dilihat dari jauh karena posisinya berada di hutan rimba Gunung Dempo. Selain berada di sekitar hutan lindung cukup lebat dan medan juga sulit dijangkau dengan berbagai jenis kendaraan," kata Slamet.
Menurut Slamet, hampir sebagian besar DAS di sepanjang kawasan kebun teh rusak dan terkikis air akibat banjir badang. Apalagi di hulu alur sungai sudah ada satu titik longsor.
Slamet menjelaskan, kalau dilihat dari luar memang tidak tampak jika ada hutan gundul tapi kalau sudah masuk dalam hutan akan terlihat dengan jelas. "Sudah puluhan tahun tinggal di daerah Gunung Dempo, baru saat ini mengalami kejadian banjir bandang dan longsor di daerah lereng gunung itu," kata Slamet.
Banjir bandang sudah berulang kali terjadi pada tahun 2001 lalu di Dusun Kerinjing, Kelurahan Burung Dinang, Kecamatan Dempo Utara dengan 21 korban jiwa.
Penyebabnya karena hutan di hulu sungai gundul dan pencurian hutan kayu jati terus terjadi. Sehingga saat musim hujan mengalami banjir. Hal ini terjadi karena saat hujan deras tidak ada lagi pohon kayu yang dapat menahan laju air.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kota Pagaralam Hasan Barin Ibnu mengatakan, berdasarkan data Dinas Kehutanan dan Perkebunan setempat dari luas wilayah Kota Pagaralam mencapai 63.366 hekatare, sekitar 30% hutan yang tersisa mengalami kerusakan termasuk sekitar Gunung Dempo dan sekitar 1.000 hektare di kawasan tersebut.
Data bulan Desember 2010, luas daerah ini dibagi lagi dalam hutan lindung sekitar 28.740 hektare, hutan budi daya sekitar 24.336 hektare, terdiri dari lokasi permukiman, persawahan, perkantoran, pasar, lahan sayuran, perkebunan dan infrastruktur masyarakat.
“Sekitar 5.000 hektare hutan lindung masih mengalami kerusakan cukup parah yang terdapat di lima kecamatan," kata Hasan Barin.
© Copyright 2024, All Rights Reserved