Ketua Pengadilan Banding Timor-Leste, Deolindo dos Santos, menyataan, koalisi oposisi pimpinan Xanana Gusmao, Change for Progress Alliance (AMP), memenangkan mayoritas kursi di parlemen negara itu dalam pemilihan bulan ini. AMP memenangkan 49,6 persen suara.
Dengan kemenangan ini, AMP, koalisi dari National Congress for Timorese Reconstruction (CNRT) pimpinan Gusmao dan dua partai lainnya, mengamankan 34 dari 65 kursi di Parlemen. Sedangkan, Partai Fretilin pimpinan PM Alkatiri yang kalah meraih 34,2 persen suara.
Partai Fretilin telah memprotes dugaan penyimpangan selama pemungutan suara, tetapi pengadilan banding menolak pengaduan.
Fidelis Magalhaes, seorang pejabat dari koalisi AMP, mengatakan hasil itu harus memecahkan kebuntuan di Parlemen. “Timor Leste harus memiliki pemerintahan yang berdiri dan berasal dari mayoritas mutlak di Parlemen," ujar Magalhaes.
Dia menolak mengomentari spekulasi bahwa mantan presiden dan perdana menteri Gusmao akan kembali menjabat sebagai perdana menteri. Gusmao pun belum memberikan komentar apapun terkait putusan pengadilan ini.
Pemilihan parlemen Timor Leste tahun 2017 tidak menghasilkan pemenang yang jelas, dengan partai Fretilin unggul hanya 0,2 persen suara lebih banyak daripada CNRT, dan membentuk pemerintahan minoritas.
Presiden Timor-Leste Francisco "Lu Olo" Guterres membubarkan Parlemen pada bulan Januari dan menyerukan pemilihan baru. Ini adalah pemilihan parlemen kelima sejak Timor Leste merdeka dari Indonesia. Pemilu ini sebagai upaya untuk mengakhiri kebuntuan berbulan-bulan dalam Parlemen negara termuda di Asia Tenggara itu.
"Kami menantikan sumpah perdana menteri dan kabinet baru, karena Pemerintah Australia tetap berkomitmen untuk kerja sama yang lebih mendalam antara kedua negara," kata Menlu Australia Julie Bishop dalam sebuah pernyataan.
"Kami akan bekerja dengan pemerintah baru untuk menyampaikan perjanjian bersejarah kami yang baru-baru ini ditandatangani, yang menetapkan batas-batas maritim permanen," ujar dia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved