Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ade Komarudin bersuara keras menanggapi polemik atas pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama (Ahok) yang menyebut surat Almaidah. Ade menganggap Ahok lupa sejarah sehingga berani melontarkan pernyataan kontroversial yang bernuansa SARA.
Berbicara kepada pers di sela-sela press gathering DPR, di Kuta, Bali, Jumat (07/10), politisi yang akrab disapa Akom ini mengatakan, Ahok tidak memahami bahwa produk UUD 45 saat ini yang memungkinkan warga keturunan seperti Cina dan Arab bisa ikut pemilukada, dibuat oleh orang Indonesia asli dan mayoritas Islam.
"Ahok lupa bahwa untuk menghapus kata orang Indonesia "asli" itu butuh pengorbanan luar biasa. Itu yang menghapus kata "asli" adalah parlemen yang diisi oleh orang Indonesia asli yang juga mayoritas Islam yang menyetujuinya," ujar Akom.
Politisi Golkar ini menambahkan, dengan dihapusnya kata "asli" tersebut, warga keturunan berpeluang dan bisa jadi Presiden, Gubernur dan Bupati.
Pernyataan Ahok yang menyinggung umat Islam, lanjut Akom, sangat tidak menghargai pengorbanan mayoritas Islam yang menghapus kata "asli" itu.
Ahok dinilainya tidak berusaha menjaga kedamaian. "Jelas tidak menghargai. Dia seharusnya punya kewajiban menjaga pluralisme dan bukan sebaliknya memainkan isu SARA hanya untuk persoalan kecil seperti pilkada. Masak gara-gara pilkada saja Indonesia dipecah belah? Ini kan acara rutin lima tahunan, tapi kalau Indonesia pecah siapa yang bisa perbaiki?," cetus Akom.
Saat ini, menurut Akom, Indonesia sudah on the track. Pendiri bangsa dan konstitusi sudah menjamin seluruh warga negara untuk menjalankan agamanya sekaligus untuk memilih dan dipilih. "Jadi tolong jagalah apa-apa yang sudah benar, jangan dirusak hanya karena ambisi menang dalam pilkada," tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved