Tembakan roket M Grade dari pasukan pendarat Korps Marinir dan bantuan tembakan kapal (BTK) dari KRI Sultan Hasanuddin-366, di sekitar Perairan Poso Pesisir menggempur Gunung Biru, di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, kemarin. Hujan roket itu dilakukan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI yang sedang melaksanakan latihan di daerah tersebut.
Rilis skenario latihan PPRC TNI 2015, yang diterima politikindonesia.com, Rabu (01/04) menyebutkan, dunia tengah menghadapi ancaman teror, yang diawali dengan hadirnya suatu negara Tero yang ingin menguasai Asia Tenggara, yaitu Thailand, Filipina, dan Indonesia yang menjadi basisnya adalah di Gunung Biru Poso, Pesisir.
Pegunungan Biru itu telah dikuasai oleh negara Tero, oleh karena itu pegunungan itu dikepung selama 1 hari oleh pasukan dari ribuan personel TNI gabungan Angkatan Darat, Laut dan Udara. Untuk mengambil alih wilayah ini akan dibombardir terlebih dahulu pasukan Marinir dan lintas udara.
Pasukan Marinir telah bergerak dari KRI Hasanudin menuju ke arah pantai untuk merebut kembali wilayah yang telah dikuasai oleh terorisme. Kemudian, pasukan meminta bantuan untuk membombardir wilayah Gunung Biru. Unit RM-70 Grade Marinir menembakan 20 roket ke arah sasaran untuk memberikan keleluasaan bagi pasukan penerjun dari Linud 502 Kostrad guna melakukan operasi penyerbuan. Tak hanya itu, KRI Hasanudin juga melancarkan serangan dengan meluncurkan 12 roket ke Teluk Poso yang telah dikuasai oleh negara Tero.
Berselang beberapa menit, 4 unit pesawat tempur F-16 melakukan serangan udara dengan meluncurkan granat ke sasaran yang telah dikuasai oleh kelompok terorisme. Setelah itu, 10 unit pesawat angkut Hercules C-130 menerjunkan 500 penerjun untuk melakukan serangan darat ke sasaran yang sudah mulai dikuasai oleh TNI.
Tak berlangsung lama, 2 unit Heli Serang MI-35 dan Heli Bell 412 diterjunkan untuk membantu dalam merebut kembali wilayah yang telah dikuasai oleh negara Tero. Akhirnya pasukan PPRC TNI berhasil menguasai kembali Gunung Biru.
Latihan perang ini ditinjau langsung oleh Panglima TNI Jenderal Moeldoko didampingi Kasad Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kasal Laksamana TNI Ade Supandi, S.E., para pejabat Mabes TNI dan Angkatan. Pimpinan TNi ini melihat video conference pelaksanaan latihan puncak PPRC TNI di Komando Pengendalian PPRC, Bandara Kasiguncu, Poso.
Menurut Panglima TNI, skenario latihan ini berawal dari operasi Intelejen yang memberikan gambaran tentang Poso. Dari data intelejen tersebut, selanjutnya dilakukan perencanaan operasi tempur, yang dilanjutkan dengan operasi teritorial.
“Latihan PPRC TNI untuk mengantisipasi munculnya kelompok radikalisme di Indonesia. Saya mensinyalir di Poso, seolah-olah kelompok radikal itu nyaman di sana. Saya khawatir orang-orang yang pergi ke Irak dan Suriah, akan pulang dan bermarkas di Poso,” tegas Moeldoko.
Panglima TNI Moeldoko juga mengungkapkan, latihan PPRC TNI sengaja digelar berkaitan dengan isu terorisme yang sedang diantisipasi oleh pemerintah, khususnya setelah beberapa warga negara Indonesia diketahui bergabung dengan kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
“ISIS adalah sebuah ancaman yang harus dikelola dengan baik oleh semua instansi negara karena jika tidak ditangani dengan tepat, paham ISIS dapat menjadi ancaman faktual yang merusak nasionalisme.”
Setelah operasi tempur selesai, TNI melakukan operasi teritorial dengan melakukan rehabilitasi baik secara fisik maupun non fisik. Berupa pembangunan rumah dan pengembalian kepercayaan masyarakat tentang wawasan kebangsaan.
Latihan PPRC di Poso mengambil tema “PPRC TNI melaksanakan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dengan melaksanakan penindakan awal untuk menghancurkan agresor guna merebut kembali Poso Sulteng dalam rangka mempertahankan keutuhan dan kedaulatan NKRI”.
Adapun tujuan Latihan PPRC TNI, antara lain, melatih keterampilan unsur pimpinan dan pembantu pimpinan dalam menyusun konsep operasi melalui prosedur hubungan komandan dan staf; menguji konsep operasi sebagai hasil dari proses pengambilan keputusan Komandan PPRC TNI dan staf dalam rangka mengantisipasi dan merespon kemungkinan kontijensi di wilayah tertentu. Selain itu, menguji kemampuan dan keterampilan satuan PPRC TNI dalam melaksanakan tindakan awal terhadap kontijensi yang timbul di wilayah sesuai Rencana Operasi yang disusun.
© Copyright 2024, All Rights Reserved