Korban tewas akibat kerusuhan yang terjadi di wilayah Xinjiang, Cina bertambah. Kantor berita pemerintah Cina, Xinhua, melaporkan korban tewas meningkat hingga 35 orang, angka tertinggi sepanjang 4 tahun terakhir.
Xinhua melaporkan, 24 orang tewas diantaranya 16 warga sipil Uighurs dan 2 orang polisi. Hal ini terjadi ketika sekelompok orang menyerang kantor polisi, gedung pemerintah dan konstruksi bangunan di Lukqun, Xinjiang, Kamis (27/06).
Sementara polisi menembak mati 11 penyerang. Sebanyak 21 polisi dan beberapa warga mengalami luka-luka. Namun polisi berhasil menangkap 4 orang penyerang.
Wilayah Xinjiang dihuni sekitar 9 juta warga etnis minoritas Uighur yang sebagian besar beragama Islam. Banyak dari mereka mengeluhkan penindasan atas dasar agama dan budaya yang dilakukan Pemerintah Cina.
Daerah itu sering dilanda kerusuhan. Pada April lalu, sebanyak 21 orang tewas dalam bentrokan antara polisi dan masyarakat lokal di daerah itu. Pihak berwenang Cina ketika menyalahkan kasus itu pada "teroris" belum lama ini memenjarakan 9 orang di kawasan itu karena terkait "ekstremisme keagamaan".
Selama ini etnis Uighur memprotes langkah Pemerintah Cina yang mendorong migrasi besar-besaran warga Han ke Xinjiang. Bentrokan kedua etnis ini memuncak di tahun 2009, ketika 200 orang tewas akibat kerusuhan di ibukota provinsi, Urumqi.
Menurut Jubir Kongres Uighur Dunia, Dilxat Raxit konflik terjadi karena represi dan provokasi pemerintah Cina. Oleh karenanya ia berharap komunitas internasional menekan pemerintah Cina untuk memberhentikan berbagai kebijakan. Khususnya kebijakan yang mendiskriminasi warga Uighur.
Kongres Uighur Dunia bermarkas di Muenchen, Jerman, selama ini memperjuangkan Xinjiang menjadi negara mereka yang disebut Turkistan Timur.
© Copyright 2024, All Rights Reserved