Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan Indonesia mancapai swasembada gula konsumsi pada 2019 dan gula industri pada 2024. Peningkatan produksi gula sudah mulai terlihat sejak panen raya pada Mei 2018. Produksi gula akhir tahun 2018 ini diharapkan bisa mencapai 2,25 juta ton naik dibanding 2017 yang hanya 2,1 juta ton.
“Target itu kami tetapkan tidak sembarangan. Target tersebut ditetapkan tidak semata-mata untuk mewujudkan kedaulatan pangan dan menyejahterakan petaninya. Karena petani tebu merupakan pelaku utama swasembada gula. Apalagi didukung adanya peningkatan produksi gula dan juga cuaca pada sepanjang semester kedua yang diprediksi membaik,” kata Dirjen Perkebunan Kementan Bambang kepada politikindonesia.com di Kantor Kementan, Jakarta, Selasa (05/06).
Menurutnya, optimisme target swasembada gula bisa tercapai juga karena keberhasilan program pengembangan areal tebu seluas 11 ribu hektare (ha) yang awalnya seluas 20 ha. Pengurangan luas areal itu sejalan dengan rencana pihaknya pada tahun ini yang akan berfokus pada produksi rempah-rempahan.
“Namun, peningkatan bakal kembali dilakukan pada tahun depan menjadi seluas 20 ribu ha. Karena untuk pengembangan areal lahan, kami sudah mengalokasikan sebagian dana dari pagu anggaran kementerian senilai total Rp23,8 triliun. Penambahan anggaran akan kami fungsikan untuk perkebunan tebu rakyat, terutama dalam upaya perluasan pengembangan tanaman tebu rakyat,” ungkapnya.
Dijelaskan, dengan sejumlah program strategis yang sudah canangkan, pihaknya makin optimis target pencapaian swasembada gula tahun 2019 bisa terwujud. Apalagi dengan sejumlah fasilitas produksi yang ada, maka untuk perluasan lahan tebu pihaknya sudah menyediakan benih yang cukup. Sehingga upaya pengembangannya dapat berlanjut pada tahun ini.
“Untuk proses pengembangan tanaman tebu tersebut difokuskan pada 2 bagian yakni upaya pengembangan lahan tanaman tebu baru di luar jawa dan upaya peningkatan produksi di lahan tebu yang sudah ada seperti di Jawa dan Sumatera. Kami akan terus melakukan penguatan-penguatan lahan tebu yang sudah ada di Jawa dan Sumatera," katanya.
Pada kesempatan itu, pihaknya juga menghimbau agar realisasi impor gula kristal putih sebesar 1,1 juta ton sebaiknya tidak ditambah. Karena produksi nasional sudah cukup dan pihaknya terus mengupayakan peningkatan produksi tebu nasional. Karena produksi tebu pada tahun 2017 mencapai 2,5 juta ton, target tahun 2018 mencapai 2,8 juta ton dan target produksi untuk tahun 2019 adalah 3,3 juta ton.
“Dengan adanya peningkatan produksi, maka target swasembada gula pada tahun 2019 bukan hal yang sulit untuk bisa terwujud. Apalagi, kami juga memahami
permasalahan petani yang masih dihadapkan pada keterbatasan alsintan. Untuk itu, kami mendukung program mekanisasi di lahan tebu rakyat. Sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya garap dan waktu pengolahan lahan,” ulasnya.
Bambang menambahkan, peningkatan produktivitas dan produksi juga didorong melalui investasi pembangunan pabrik gula baru. Hingga 2019 targetnya ada 11 pabrik gula baru terbangun. Sedangkan, sejak 2016, sudah ada 4 pabrik gula baru dari target tersebut yang rampung dibangun, yaitu di Blora, Lamongan, Lampung, dan Dompu.
“Kehadiran pabrik-pabrik gula baru itu diharapkan tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi gula, tapi juga membangun kemitraan yang saling menguntungkan antara petani dan pabrik gula. Pabrik gula dapat berperan dalam menentukan dan mengkoordinir kapan petani harus memupuk, bibit yang dipakai, menanam, tebang, muat, angkut," pungkasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved