Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng sejumlah lembaga riset untuk memperkuat pembangunan pertanian berbasis riset dan inovasi. Balitbangtan dan lembaga riset sepakat untuk menyusun peta ragam penelitian yang bisa berdampak terhadap target swasembada pangan.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) M. Syakir mengatakan pihaknya bersama lembaga riset sepakat melakukan kerjasama dan bertekad mempercepat perwujudan kedaulatan pangan. Hal itu dilakukan sesuai dengam potensi yang dimiliki oleh masing-masing lembaga untuk mempercepat terwujudnya kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani.
"Pada Februari lalu, kami dan sejumlah lembaga riset ini sudah menandatangani nota kesepahaman dan sepakat untuk menghasilkan riset yang berguna bagi kesejahteraan rakyat," katanya kepada politikindonesia.com usai jumpa pers bertema "Membumikan Riset Strategis untuk Kesejahteraan Petani", di Kantor Balitbangtan, Jakarta, Rabu (01/06)
Menurutnya, paradigma pembangunan yang comprehensive untuk pertanian perlu didukung oleh berbagai pihak. Karena sektor pertanian memerlukan keberpihakan yang tinggi dan sifatnya yang multifungsi. Sehingga mampu menyelesaikan persoalan kemiskinan, keadilan, sosial dan lainnya.
"Kemitraan riset antar berbagai lembaga ini diyakini mampu mempercepat aplikasi hasil riset bidang pertanian dan pangan di masyarakat. Sehingga Indonesia akan lebih cepat mencapai kedaulatan pangan nasional. Karena riset menjadi strategi yang tepat untuk pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan sumber daya pangan dimana Indonesia memiliki dalam jumlah yang amat melimpah dan beragam," ujarnya.
Dijelaskan, dalam hal ini pihaknya bertugas melaksanakan penelitian dan pengembangan guna mendukung kinerja Kementan. Hasil dari penelitian tersebut perlu membumi dan sampai ke masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya dituntut mampu menghasilkan varietas unggul yang kemudian digunakan secara masif oleh petani untuk mendukung peningkatan produktivitas nasional.
"Hasil riset tersebut harus memprioritaskan pembangunan kedaulatan pangan yang mampu peningkatan produksi padi dan pangan, kelancaran distribusi dan akses pangan masyarakat, peningkatan mutu pangan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat, serta penanganan gangguan terhadap produksi pangan," ungkapnya.
Saat ini, kata Syakir, sudah ada beberapa hasil kerjasama penelitian. Di antaranya varietas kedelai yang dihasilkan melalui Konsorsium Nasional (Balitbangtan dan BATAN) yaitu varietas Mutiara 1, Mutiara 2, Mutiara 3, Gamasugen 1 dan Gamasugen 2. Contoh lainnya, varietas padi yang dihasilkan Konsorsium Penelitian Nasional yaitu Inpari Sidenuk, Inpari Mugiat dan Inpari Delima.
"Dalam identifikasi riset strategis ada empat Kementerian penunjang prioritas pembangunan nasional yang dibutuhkan yang berfokus pada kedaulatan pangan, kemandirian energi dan peningkatan nilai tambah. Dalam bidang pangan dan bioenergi, Balitbangtan sedang mengembangkan riset masih memerlukan sinergi dan percepatan terutama untuk kedaulatan pangan," tandasnya.
Sementara itu, Dirjen Penguatan Riset, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti), Muhammad Dimyati menambahkan, kerjasama ini merupakan penegasan kembali implementasi rencana induk riset nasional. Lembaga riset mulai mengimplementasikan dan fokus pada pertanian, khususnya pangan, terutama padi, jagung, kedelai dan daging sapi.
"Riset juga merupakan instrumen penting untuk menghasilkan berbagai inovasi. Jika riset bidang pangan di Indonesia semakin banyak, maka kami akan mampu mencapai kondisi ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat. Apalagi kalau kita bisa menghasilkan bibit atau benih komoditas sendiri, pada akhirnya akan mengurangi impor yang selama ini terjadi," tuturnya.
Dia memaparkan, untuk riset pangan, ada 11 propinsi yang menjadi target integrasi riset lembaga penelitian (perguruan tinggi, badan penelitian kementerian dan lembaga pemerintan non kementerian/LPNK). Fokusnya menghasilkan benih sumber dan sebar. Sedangkan, untuk kemandirian daging sapi, pihaknya akan bersinergi dengan 22 perguruan tinggi yang fokus dalam peternakan.
"Banyak teknologi yang bisa dihasilkan dari hasil riset di sejumlah lembaga riset. Namun ada faktor yang menghambat produk riset pertanian yang diciptakan para peneliti Indonesia kalah bersaing sehingga belum bisa menembus pasar dan dipakai petani. Akibatnya produktivitas petani pun menjadi rendah karena teknologi itu kurang dimanfaatkan," imbuhnya.
Adapun lembaga riset tersebut yakni Kementerian Pertanian dan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Badan Teknologi Nuklir Nasional (Batan), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
© Copyright 2024, All Rights Reserved