Perang dagang yang digencarkan Amerika Serikat terhadap beberapa negara, mulai dampak terhadap entitas bisnis. Harley Davidson, salah satunya. Perusahaan otomotif asal Wisconsin, AS itu, terpaksa memindahkan basis produksinya ke luar AS, demi menghindari bea masuk dari Uni Eropa.
Harley Davidson adalah bukti pertama bahwa perang dagang yang ditabuhkan Presiden AS Donald Trumo bisa berdampak merugikan pelaku industri negara itu. Menurut Harley, pihaknya bisa merugi US$100 juta per tahun jika tak memindahkan basis produksinya.
“Menaikkan produksi bagi pasar internasional untuk melemahkan pengaruh bea masuk Uni Eropa bukanlah keinginan perusahaan. Tapi, ini satu-satunya opsi agar produksi tetap bisa berkesinambungan," ujar manajemen perusahaan, Selasa (260/6).
Akibat pengumuman pemindahan basis produksi itu, saham produsen sepeda motor terbesar di AS itu rontok hingga 6 persen. Namun, alih-alih menunjukkan dukungannya, Donald Trump malah berkicau di media sosial Twitter bahwa ia terkejut melihat Harley Davidson sebagai perusahaan AS pertama yang tampak mengibarkan bendera putih. “Perpajakan hanya alasan Harley. Sabar!" jelas Trump di media sosialnya.
Uni Eropa mengenakan bea masuk tambahan bagi produk AS senilai US$3,2 miliar sebagai reaksi atas sikap AS yang mengenakan bea serupa terhadap baja dan alumunium dari Uni Eropa.
Adapun produk yang terkena biaya tambahan adalah, sepeda motor, sari jeruk, bourbon, selai kacang, kapal motor, rokok, dan denim.
Khusus sepeda motor, Uni Eropa menaikkan bea masuk sebesar 6 persen menjadi 31 persen. Ini akan membuat ekspor satu unit motor Harley Davidson ke Eropa lebih mahal US$2.200. Sejauh ini, perusahaan tidak menaikkan harga motor bagi konsumen maupun distributor.
Namun, bea masuk ini akan menggerogoti keuangan perusahaan sebesar US$30 juta hingga US$40 juta di sisa tahun ini dan US$90 juta hingga US$100 juta per tahun di tahun-tahun berikutnya.
“Jika kenaikan biaya yang luar biasa ini dibebankan ke distributor dan konsumen, maka ini bisa membahayakan bisnis," sebut Harley.
Harley tidak menerangkan jumlah tenaga kerja yang terancam akibat keputusan ini. Saat ini, Harley memiliki 6 ribu pekerja di seluruh dunia.
Juru bicara Harley Davidson Michael Pflughoeft mengungkapkan perusahaan sedang menghitung potensinya terhadap tenaga kerja.
Eropa sendiri merupakan pasar terbesar kedua bagi Harley Davidson dengan penjualan mencapai 40 ribu unit atau 27,02 persen dari seluruh penjualan Harley Davidson di AS sebanyak 148 ribu pada 2017 lalu.
Eropa dianggap sebagai pasar terpenting Harley Davidson setelah penjualannya di AS merosot. Penjualan Harley Davidson di AS tahun lalu turun 8,5 persen dari 2016, namun di Eropa penurunannya hanya turun 0,4 persen.
Pada Januari lalu, perusahaan memutuskan untuk menutup pabrik di Kansas City dan mengkonsolidasikannya ke pabrik di York, Pennsylvania. Namun, di sisi lain, Harley Davison telah membuka pabrik baru di India dan Brazil dan akan membuka satu pabrik di Thailand tahun ini.
© Copyright 2024, All Rights Reserved