Dalam beberapa hari terakhir, harga gabah di tingkat petani kembali anjlok. Gabah kering yang harga normalnya Rp3.700 per kilogram (kg) kini turun menjadi Rp2.700 per kg. Kondisi yang kerap terjadi saat musim hujan dan memasuki musim panen ini, membuat para petani kembali mengeluh.
"Ini adalah masalah yang selalu terjadi dari masa ke masa. Anjloknya harga gabah merupakan masalah klasik yang selalu terjadi ketika panen dan musim hujan. Masalah ini tidak kunjung bisa terselesaikan dengan anggaran pemerintah yang banyak," kata Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih kepada politikindonesia.com di Jakarta, Selasa (21/02).
Henry mengatakan, tidak stabilnya harga gabah terjadi karena tata kelola pangan khususnya gabah belum sejalan antara proses produksi dan pascaproduksinya. Sehingga sering menimbulkan masalah, terutama pada saat panen raya dan kondisi cuaca dalam keadaan kurang baik.
"Padahal pemerintah sudah membuat kebijakan peningkatan produksi, namun hal itu tidak dibarengi dengan pembangunan gudang-gudangnya dan pembentukan kelembagaan ekonomi di petaninya. Karena kita tidak bisa hanya mengandalkan Badan Urusan Logistik (Bulog) saja untuk menyerap gabah petani agar harganya tidak anjlok lagi," ujarnya.
Dijelaskan, saat harga gabah di tingkat petani anjlok dan pemerintah belum mampu menyerap hasil produksi tersebut. Tak heran, hasil produksi petani akan terserap oleh kalangan swasta. Sehingga saat musim hujan seperti sekarang ini yang membeli gabah adalah perusahaan swasta yang memiliki pengering.
"Gabah yang terserap oleh swasta akan dikeringkan dan digiling menjadi beras. Kemudian, beras tersebut disimpan untuk dijual pada saat tidak musim panen. Sehingga harganya bisa 30 persen lebih tinggi dari ketentuan pemerintah. Pihak swasta bisa menjual berasnya Rp9.000 hingga Rp10.000 per kg. Padahal harga yang ditetapkan pemerintah hanya Rp7.500 per kg," paparnya.
Henry menilai kondisi saat ini menunjukkan pemerintah belum berhasil mengatasi inflasi di sektor pangan. Selain itu, soal manajemen dan distribusi serta manajemen pengadaannya juga belum beres. Jika diabaikan, dikhawatirkan musim panen raya padi pada tahun ini kembali menjadi cerita pilu bagi petani. Karena musim panen raya padi kali ini harga gabah kembali anjlok.
"Kami sudah menerima banyak laporan dan keluhan dari para petani terkait anjloknya harga gabah. Di Rembang, misalnya, harganya sempat Rp1.800 per kg. Sekarang sudah ada kenaikan menjadi Rp2.200 hingga Rp3.000 per kg," terangnya.
Sementara itu, Menteri Pertanian menjelaskan, faktor penyebab anjloknya harga gabah di tingkat petani karena hujan deras yang terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Adapun faktor lain adalah produksi padi yang naik cukup signifikan. Hal ini seiring dengan upaya mempercepat penanaman padi pada akhir tahun lalu.
"Penanaman yang kami lakukan pada Oktober hingga November luasnya hampir 2 kali lipat. Sehingga panennya juga 2 kali lipat. Hal itu kami lakukan karena kami mengejar musim hujan. Memang ini bukan persoalan sederhana, karena cuaca ekstrem yang melanda Indonesia," imbuhnya.
Amran menambahkan, target produksi padi pada 2017 adalah 70-75 juta ton. Tahun ini terlihat sederhana, tapi implementasi di lapangan memang berat. Namun pihaknya tetap berusaha mengembalikan harga jual petani ke posisi normal. Saat ini pihaknya sedang menyiapkan skema untuk menyerap gabah langsung dari petani dalam kondisi apapun.
"Kami tidak boleh membiarkan harga jatuh, seperti yang terjadi di Demak, Blora, Bojonegoro dan Ngawi. Langkah ini bertujuan agar petani tidak kemudian rugi karena anjloknya harga gabah. Sehingga harga jual petani nantinya akan dikembalikan ke posisi normal minimal Rp3.700 per kg. Petani tidak perlu khawatir lagi menderita kerugian akibat menanam padi," tegasnya.
Amran menyatakan, pihaknya ingin agar semua pihak bisa membeli gabah secara langsung. Namun dengan kondisi curah hujan tinggi harga gabah menjadi sulit. Padi hasil produksi yang ditanam petani terkena hujan atau bahkan terendam air. Sehingga membuat kadar air menjadi lebih tinggi.
"Di beberapa daerah sentra penghasil padi mengalami penurunan harga gabah di tingkat petani. Kami pun tetap menjalankan program serapan gabah (sergab). Pembelian gabah di tingkat petani diukur berdasakan kadar air dan juga kualitasnya. Harga tergantung kadar air dan hampa, mulai dari Rp2.900 sampai Rp3.400 per kg Gabah Kering Panen (GKP)," tutup Amran.
© Copyright 2024, All Rights Reserved