Telah 16 bulan berlalu sejak teror air keras yang menimpa penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan, hingga kini pelakunya belum juga terungkap. Wadah Pegawai (WP) KPK menyiapkan hadiah berupa sepeda bagi pihak yang berhasil mengungkap kasus itu.
“Sepeda ini akan terus ada di depan lobi KPK sampai pelaku penyiraman bang Novel ditemukan," terang Ketua WP KPK Yudi Purnomo Harahap, di gedung KPK Jakarta, Jumat (27/07).
Hal itu disampaikan Yudi saat acara penyambutan kedatangan Novel Baswedan yang kembali aktif bekerja mulai hari ini. Yudi menyebut, hadiah sepeda ini bisa saja bertambah.
“Sepeda ini tidak hanya 1, tapi bisa jadi 2, 3, 4, 5 di halaman gedung KPK akan penuh dengan sepeda karena rakyat ingin kasus bang Novel dituntaskan, untuk itu bang Novel dan teman-teman, sepeda ini kami taruh di sini sebagai simbol bahwa kita tidak akan pernah berhenti untuk mendukung pengungkapan kasus bang Novel, bahkan sampai 2019, 2020, dan seterusnya jadi ini adalah sepeda dari wadah pegawai KPK," ujar Yudi.
Yudi pun menaruh sepeda jenis BMX warna hitam dan putih di panggung kecil di depan lobi KPK. Sepeda itu dibeli seharga Rp 950 ribu disalah satu toko di Pasar Jumat, pada Kamis (26/07). Pemberian sepeda itu mengingatkan pada kebiasaan Presiden Joko Widodo memberikan sepeda kepada masyarakat yang dapat menjawab kuis saat menghadiri suatu acara di daerah.
Dalam kesempatan tersebut, Yudi juga membacakan surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo. "Perkenankan kami Wadah Pegawai KPK sebagai perwakilan pegawai-pegawai di KPK di dalamnya termasuk Novel Baswedan, 16 bulan sejak terjadi kasus penyerangan Novel Basedan belum menunjukkan titik terang. Padahal sebagaimana kita ketahui, Desember 2017 tiga orang pembunuh jurnalis antikorupsi di Malta sebelum kasus Novel Baswedan sudah diproses di pengadilan," ujar Yudi.
Menurut Yudi, WP KPK juga sudah pernah mengirimkan surat kepada Presiden beberapa bulan lalu. “Bapak Presiden, izinkan kami kembali mengingatkan melalui surat ini sebagai lanjutan surat Wadah Pegawai KPK yang telah dikirim pada bulan-bulan lalu yang sampai hari ini belum ada balasan maupun tindak lanjut. Kami ingin mengingatkan bahwa penyerangan terhadap Novel Baswedan bukan penyerangan biasa, tapi upaya untuk membunuh kehadiran negara yang sedang berupaya memberantas korupsi yang menggurita," paparnya.
Dalam surat tersebut, Yudi juga mengatakan bahwa apa yang menimpa Novel Baswedan dapat menimpa siapa saja. "Untuk itu kami tidak menuntut banyak, kami hanya menuntut negara hadir untuk Novel Baswedan dan pemberantasan korupsi melalui pengungkapan kasus Novel Baswedan. Apabila dirasa belum ada titik terang dari kerja lembaga yang ada saat ini, kami berharap sikap tegas Presiden membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) sekarang juga," ujar Yudi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved