Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang, Sumatera Barat, memantau peningkatan aktivitas tektonik yang berpusat di Mentawai. Sejak Kamis (27/07) hingga Jumat ini, tercatat telah terjadi 14 kali gempa dengan kekuatan 4,2 Skala Richter (SR) hingga menurun 2,9 Skala Richter.
Kepala Seksi Data dan Informasi Stasiun Geofisika BMKG, Padang Panjang, Mamuri, Jumat, mengatakan, gempa pertama terjadi pada Kamis, 26 Juli 2018, pukul 17.34 WIB, kemudian pukul 2.10 WIB dengan kekuatan 4,4 SR. Lalu pukul 22.12 WIB dengan kekuatan 4,9 Skala Richter, pukul 22.23 WIB dengan kekuatan 3,4 Skala Richter, pukul 22.29 WIB dengan kekuatan 3,5 Skala Richter, pukul 22.34 WIB dengan kekuatan 3,3 Skala Richter.
Selanjutnya, pukul 22.36 WIB dengan kekuatan 3,3 Skala Richter, pukul 22.37 WIB dengan kekuatan 3,4 Skala Richter, pukul 23.19 WIB dengan kekuatan 3,3 Skala Richter, pukul 23.46 WIB dengan kekuatan 3 Skala Richter.
Kemudian, pada Jumat pukul 0.32 WIB dengan kekuatan 2,9 Skala Richter, pukul 1.20 WIB dengan kekuatan 3 Skala Richter, pukul 6.37 WIB dengan kekuatan 3,2 Skala Richter, dan pukul 8.16 WIB dengan kekuatan 3,1 Skala Richter.
“Gempa Mentawai ini disebabkan oleh Zona Subduksi dangkal atau yang disebut sebagai Megathrust Subduction Sumatera," terang Mamuri.
Diterangkannya, gempa berpusat di jalur subduksi lempeng tektonik India-Australia dan Eurasia di Indonesia yang memanjang dari pantai barat Sumatera sampai ke selatan Nusa Tenggara.
Pada sistem subduksi Sumatera dicirikan dengan menghasilkan rangkaian busur pulau depan (forearch islands) yang nonvulkanik meliputi Pulau Simeulue, Nias, Banyak, Batu, Siberut hingga Pulau Enggano.
Mamuri menjelaskan, Lempeng India-Australia menunjam ke bawah lempeng Benua Eurasia dengan kecepatan lebh kurang 50-60 milimeter per tahun. Ia menyampaikan Stasiun Geofisika Padang Panjang akan terus memonitor, perkembangan gempa bumi Mentawai tersebut.
© Copyright 2024, All Rights Reserved