Upaya negosiasi dan diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk membebaskan warga negara Indonesia yang disandera oleh kelompok bersenjata di Filipina Selatan mengalami hambatan. Komunikasi tidak berjalan lancar, karena militer Filipina melancarkan operasi militer sejak pekan lalu terhadap kelompok itu.
“Kami melakukan persuasi dengan berbagai kontak kita di sana, melakukan pendekatan kepada tokoh-tokoh untuk mencari jalan keluar, tapi karena pemerintah Filipina melakukan operasi militer juga, kontak tak selancar yang kita harapkan,” terang juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (14/07).
Sejak Presiden baru Rodrigo Duterte dilantik, Filipina memang bertekad untuk membasmi kekerasan yang merebak di negaranya, termasuk kelompok militan Abu Sayyaf. Dalam sepekan terhitung hingga Senin (11/06) saja, operasi militer Filipina sudah menewaskan 40 anggota Abu Sayyaf.
Kelompok Abu Sayyaf ini pula yang disinyalir kini menyandera 10 WNI dalam 2 kejadian berbeda. Kini, pemerintah masih terus mengupayakan pembebasan WNI tersebut.
Arrmanatha menampik rumor yang mengatakan, pihak perusahaan tempat para ABK bekerja menawarkan sejumlah uang untuk membayar tebusan. “Upaya pemerintah saat ini tidak melakukan pembayaran tebusan. Belum dengar perusahaan telah mempersiapkan sejumlah dana,” ujar dia.
Seperti diketahui. ini bukan kali pertama WNI disandera oleh kelompok militan Filipina. Sebelumnya, ada 14 WNI yang telah dibebaskan setelah diculik Abu Sayyaf. Selain 10 WNI, Abu Sayyaf saat ini juga menyandera seorang warga Belanda, seorang Norwegia, dan lima warga Filipina.
© Copyright 2024, All Rights Reserved