Ekonom Dradjad H.Wibowo mencurigai, ada konspirasi untuk memanipulasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, selama ini. Ia menyarankan, Presiden Joko Widodo segera memerintahkan penyelidikan terhadap oknum-oknum yang menyebabkan jungkir baliknya kurs rupiah tersebut.
“Periksa oknum di BI (Bank Indonesia), OJK (Otoritas Jasa Keuangan), bank-bank BUMN dan konglomerat, terkait jungkir-baliknya rupiah. Sudah beberapa bulan ini saya mencurigai terlalu besarnya depresiasi rupiah, kedua terjelek di Asia setelah ringgit. Padahal, Malaysia mengalami krisis politik, sementara politik Indonesia stabil. Saya yakin, pasti ada yang tidak wajar. Pasti ada yang memanipulasi rupiah," ujar Dradjad kepada pers di Jakarta, Senin (12/10).
Ia mengatakan, minggu lalu, bukti indikatif terhadap kecurigaan itu muncul. Secara mengejutkan, rupiah menguat 8,3 persen terhadap dolar. Padahal selama 9 bulan, rupiah anjlok sekitar 17 persen. Namun dalam seminggu, setengah dari nilai anjloknya rupiah telah pulih kembali.
Dradjad mengatakan, secara global, memang dolar sedikit melemah terhadap mata uang dunia dalam sepekan lalu. Penyebabnya, perbaikan ekonomi AS diyakini belum cukup kokoh, sehingga pelaku pasar berspekulasi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga. Akan tetapi, dollar AS hanya melemah kurang dari 1 persen, bahkan sempat menguat sebentar terhadap euro.
“Kalau rupiah menguat 1-2 persen, mungkin masih wajar. Tapi lonjakan 8,3 persen? Sangat tidak masuk akal. Kalau hanya faktor fundamental dan kebijakan ekonomi, tidak akan sedrastis itu," ujar Drajad.
Drajad meyakini, jungkir balik rupiah dalam skala sebesar dan waktu sesingkat itu hanya bisa dijelaskan dengan satu kata. “Manipulasi. Ada oknum yang memanipulasi kurs rupiah."
Mantan Wakil Ketua Umum PAN ini mengatakan, manipulasi ini lebih berbahaya dari spekulasi. Spekulan adalah penjudi yang tidak bisa mengatur hasil, sehingga bisa untung dan bisa juga buntung. Sementara, manipulator itu bandar dan penjudi yang bisa mengatur hasil, sehingga selalu untung. “Kalau dalam sepakbola, manipulator itu mafia yang mengatur skor pertandingan," imbuhnya.
Dikatakan Dradjad, manipulator selama ini menumpuk dolar sehingga rupiah anjlok pada skala yang di luar kewajaran. Mereka bisa melakukan itu karena punya akses terhadap kekuasaan moneter.
“Nah setelah ada indikasi terjadi pembalikan kurs USD di dunia, mereka buru-buru membuang dolar. Tujuannya, profit taking atau aksi ambil untung," kata Dradjad.
Dradjad menilai pemerintah Indonesia tak perlu takut menindak para pelaku demikian. Dia contohkan, pemerintah AS pernah menghukum bank-bank besar dunia karena melakukan manipulasi kurs USD-euro. Bank-bank tersebut adalah bank besar dunia seperti Citicorp, JPMorganChase, Barclays, dan Royal Bank of Scotland. "Denda yang dijatuhkan pun besar, mencapai US$5,5 miliar," kata Dradjad.
Drajad mendorong Presiden segera memerintahkan penyelidikan terhadap oknum-oknum BI, OJK, bank-bank BUMN, dan konglomerat. "Jika tidak ditindak, ekonomi Indonesia bisa dengan mudah dijungkir-balikkan oleh para manipulator rupiah," tandas dia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved