Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Depok memutuskan melanjutkan pelaksanaan Kurikulum 2013 (Kurtilas) di seluruh SMP, SMA dan SMK Negeri di wilayah tersebut. Keputusan mempertahankan Kurtilas itu, karena dampaknya sangat positif diterapkan di seluruh sekolah.
Kepada pers, Kepala Dinas Pendidikan Kota Depok, Herry Pansila mengatakan, bukti bahwa Kurikulum 2013 berdampak sangat positif terlihat dari data pembentukan kemandirian siswa untuk meningkatkan prestasi. Hasil pendataan yang dilakukan Dinas Pendidikan Kota Depok, minat belajar di kelas meningkat hingga 50 persen.
“Surat dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kan tidak mencantumkan larangan untuk melanjutkan Kurtilas, jadi kami tetap menggunakannya di sekolah. Terlebih bagi sekolah yang sudah 3 semester menjalankan Kurtilas memberikan dampak perubahan. Penerimaan rapor saat ini jumlah rata-rata 7 keatas,” terang Herry.
Ditambahkan Herry, penerapan Kurtilas di Depok hanya akan dilakukan bagi sekolah-sekolah yang sudah siap. Sedangkan, untuk sekolah yang belum siap atau baru satu semester menjalankan Kurtilas Disdik mempersilakan untuk kembali menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.
”Tidak ada pemaksaan, karena ini masih tetap mengikuti penyesuaian murid. Jika sekolahnya sudah siap ya harus diterapkan. Toh ini bisa membantu guru menciptakan siswa berprestasi ke depan,” ungkapnya.
Herry menambahkan, saat ini baru 90 persen dari sekitar 1000 guru tingkat SMP dan SMA serta SMK yang telah mengikuti pelatihan Kurtilas. Sehingga mayoritas guru dirasakan sudah siap untuk mendidik siswa dengan Kurtilas.
“Kami serahkan semuanya kepada masing-masing sekolah apakah akan menggunakan Kurtilas atau kembali ke KTSP. Nanti kami akan meminta laporan dari masing-masing sekolah. Mereka harus melaporkan kepada kami dan juga ke Kemendikbud apakah mereka menggunakan Kurtilas atau KTSP,” terangnya.
Herry mengatakan, di wilayahnya, pelaksanaan Kurtilas sebenarnya tidak menemui masalah yang berarti. Akan tetapi, ada hal yang masih menjadi membingungkan adalah untuk pengisian rapor oleh para guru.
Pada KTSP, pengisian rapor menggunakan angka, sedangkan Kurtilas menggunakan deskripsi. Hal ini dirasakan sulit dan membingungkan oleh para guru lantaran belum terbiasa karena harus mendeskripsikan hasil belajar siswa tidak dengan angka.
© Copyright 2024, All Rights Reserved