Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan deflasi sebesar 0,02 persen pada Agustus lalu. Deflasi ini dipicu oelh menurunnya koreksi harga bahan makanan, tarif angkutan dan pulsa seluler pasca Hari Raya Idul Fitri.
“Bahan makanan setelah Lebaran mengalami penurunan yang cukup tajam. Kemudian angkutan antarkota juga mengalami penurunan, juga tarif pulsa yang turun,” terang Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Sasmito Hadi Wibowo kepada pers di kantornya, Kamis (01/09).
Inflasi negatif tersebut, terang dia, merupakan deflasi yang ketiga sepanjang tahun ini. Tercatat, April lalu, terjadi deflasi sebesar 0,45 persen dan Februari 0,09 persen.
Statistik menunjukkan, kelompok pengeluaran yang menyumbang deflasi Agustus terbesar adalah kelompok bahan makanan serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, yang masing-masing tercatat minus 0,68 persen dan 1,02 persen.
Dalam catatan BPS, yang mengalami inflasi adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,41 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,41 persen; kelompok sandang 0,40 persen; kelompok kesehatan 0,39 persen; dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 1,18 persen.
BPS menyebut, dari 82 kota yang disurvei, sebanyak 49 kota menyumbang deflasi dan 33 kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi di Kupang sebesar 0,87 persen dan terendah di Cilegon 0,01 persen.
Adapun inflasi tertinggi terjadi terjadi di Manokwari dan Sorong masing-masing sebesar 1,27 persen dan inflasi terendah di Jakarta dan Kendari masing-masing 0,01 persen.
Dengan demikian, ujar Sasmito, inflasi tahun kalender tahun ini sebesar 1,74 persen dan laju inflasi secara tahunan (Year-on-Year/YoY) sebesar 2,79 persen. Untuk inflasi inti, BPS mencatat laju 0,36 persen pada Agustus atau tumbuh 3,32 persen secara tahunan (YoY).
© Copyright 2024, All Rights Reserved