Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) perbankan Indonesia nampaknya terus menguat. Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per Oktober 2015, tercatat rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) atau CAR perbankan, meningkat dari 19,57 persen pada akhir 2014, jadi 20,73 persen per Agustus 2015.
Analis Perbankan LPS, Seno Agung Kuncoro memaparkan, kenaikan CAR terutama disebabkan konversi akuntansi laba operasi tahun 2014 menjadi komponen modal laba ditahan. Selain itu, perbankan mengambil kebijakan memaksimalkan porsi laba ditahan sebagai tambahan modal.
Jika mengacu kinerja per September 2015 maka Bank Rakyat Indonesia (BRI) menjadi salah satu bank dengan posisi CAR terbesar, mencapai 20,59 persen. Angka ini naik dari September 2014 yang sebesar 18,57 persen.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo memprediksi, CAR BRI akan berada di posisi 20,8 persen hingga akhir 2015. Kecukupan CAR membuat BRI belum memikirkan peningkatan modal tahun depan.
“Dengan rasio saat ini, BRI punya cukup modal ekspansi organik. Bahkan jika memungkinkan, ekspansi secara anorganik," kata Haru, kemarin.
Begitu juga, Bank Mandiri, Bank OCBC NISP dan Bank Central Asia (BCA) merasa rasio modal masih mencukupi. "Modal masih cukup dan tidak akan menambah modal," kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA.
Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pihaknya belum memiliki rencana penambahan modal. Per September 2015, CAR Bank Mandiri naik dari 16,47 persen menjadi 17,81 persen.
Adapun Bank Pan Indonesia (Bank Panin) masih menimbang-nimbang tambahan modal. "Tahun depan, masih dalam perencanaan," kata Direktur Utama Bank Panin, Herwidayatmo.
Sedangkan, Bank Bukopin berencana mencari tambahan modal demi menjaga CAR di level 14 persen dan target pertumbuhan kredit 15 persen.
Direktur Utama Bukopin Glen Glenardi menghitung Bukopin butuh dana hingga Rp2 triliun. "Kami lebih cenderung pilih rights issue atau obligasi," kata Glen.
Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budimarmo mengatakan, BNI memiliki target menjaga rasio permodalan sebesar 16–17 persen. "Kami sudah sosialisasi untuk kemungkinan revaluasi aset, subdebt dan seterusnya. Intinya harus comply dengan target," pungkas Rico.
© Copyright 2024, All Rights Reserved