Kondisi hutan Bukit Batabuh di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, memprihatinkan. Hutan yang seharusnya menjadi hutan lindung itu kini kondisinya porak poranda oleh alat berat karena dijadikan perkebunan kelapa sawit. Padahal hutan itu merupakan salah satu habitat langka harimau sumatera.
Direktur Program Hutan dan Spesies WWF-Indonesia, Ian Kosasih menerangkan hal itu, Sabtu (16/10). Kawasan Bukit Batabuh dikategorikan sebagai Kawasan Lindung dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP) Riau tahun 1994. Kawasan ini juga dikategorikan sebagai kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) tahun 1986.
Ian menerangkan, HPT tersebut belum dikenakan hak pengelolaan oleh perusahaan manapun. Terlepas dari status lahan yang mengacu pada RTRWP 1994 atau TGHK 1986 kawasan tersebut tidak dapat dibuka untuk perkebunan sawit, sehingga kegiatan pembukaan lahan .”Termasuk pembukaan jalan dengan buldozer di kawasan tersebut memiliki indikasi kuat ilegal," kata dia.
Diungkapkan Ian, dalam pemasangan kamera otomatis milik WWF pada Mei hingga Juni 2010 masih terekam seekor harimau jantan melintas di kawasan hutan lindung tersebut. Tapi dalam kurun waktu yang sama, kamera otamatis ini merekam sebuah alat berat bolduzer melintas di tengah kawasan hutan.
Alat berat ini tengah membuka jalan menuju kawasan hutan lindung. Anehnya, dalam hitungan 24 jam kemudian, terekam kembali harimau melintas di lokasi yang sama namun kondisi hutannya telah gundul.
Bagi Ian, kondisi pembukaan perkebunan sawit di tengah hutan lindung Bukit Batabuh jelas mengancam keberadaan harimau sumatera. “Hal ini akan menimbulkan konflik manusia-harimau," kata Ian.
Lebih lanjut dituturkannya, tingginya laju pembukaan lahan di Riau mendorong WWF mempercepat proses penghitungan populasi harimau Sumatera di Provinsi Riau. Pada Maret saja, Unit Patroli Harimau WWF bekerjasama dengan BBKSDA Riau berhasil mengamankan lebih dari 110 jerat harimau di kawasan Bukit Batabuh.
Dikatakan dia, saat ini populasi harimau sumatera di Indonesia diperkirakan hanya sekitar 400 individu, yaitu sekitar 12 persen dari total populasi harimau di dunia. “Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara kunci dalam pelestarian harimau di dunia," kata Ian.
Ancaman utama kepunahan harimau dunia tersebut, sambung Ian, mencakup hilang dan terfragmentasinya habitat yang tidak terkendali. “Berkurangnya jumlah mangsa alami, perburuan dan perdagangan ilegal, serta konflik dengan masyarakat yang tinggal di sekitar habitat harimau," ujar dia.
© Copyright 2024, All Rights Reserved