Akan fatal akibatnya jika hasil sebuah riset yang dilakukan dengan mengindahkan kaidah-kaidah ilmiah dipertentangkan dengan sebuah opini. Media memiliki fungsi menjembatani setiap temuan riset pada masyarakat. Kecuali prinsip keseimbangan berita itu juga merupakan riset.
Demikian pendapat yang dikemukakan Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief menanggapi pemberitaan sebuah media Rabu (25/09), yang mengutip pernyataan Kepala Pusat Arkeologi Nasional (Arkenas) Bambang Sulistyanto, yang menyatakan tidak ada piramida di Gunung Padang. "Situs Gunung Padang tidak perlu digali. Sudah jelas tidak ada piramida.," ujar Bambang.
Menanggapi ketidak percayaan Kepalas Arkenas itu akan hasil penelitian Tim Terpadu Riset Mandiri yang diinisiasinya, Andi mengatakan, akan berakibat fatal jika riset Gunung Padang diadu dengan opini.
"Mengapa? Karena data bawah permukaan Gunung Padang itu hanya dimiliki oleh Tim Terpadu Riset Mandiri dan itu sudah terbukti," tegas Andi kepada politikindonesia.com, Kamis (26/09).
Mantan aktivis mahasiswa ini khawatir, dunia riset yang kerap menemukan hal-hal penting, menjadi takut untuk mempublikasikan hasil risetnya, karena takut dihukum opini media.
Kata Andi, ketakutan ini berakibat banyak temuan yang dijual atau diberitahukan ke negara lain. "Banyak terjadi. Saya pernah menerima peneliti Ristek/independen yang sungguh luar biasa namun enggan mempublikasinya karena takut dihakimi media," ujar dia.
Bahkan, periset ada yang terang-terangan bilang, jauh menguntungkan diam-diam bekerjasama dengan pengusaha swasta dalam dan luar negeri, karena nilai ekonomisnya tinggi.
Dijelaskan Andi, dalam riset Gunung Padang, Tim Terpadu secara terbuka menyampaikan hipotesa tentang adanya bangunan di bawah permukaan serta sketsa imaginer arsitektur yang telah dibuktikan kebenarannya oleh Tim Arkeologi Universitas Indonesia di lapisan 1 dan 2.
Meski belum dilakuakn eskavasi arkeologi, namun hipotesa rongga bawah permuakaan juga secara terbuka sudah dibuktikan melalui coring. HIpotesa itu makin dikuatkan dengan metode lain geofisika berupa pencitraan tomography.
Terkait usia situs Gunung Padang, uji karbon datting, dilakukan di 2 Laboratorium berbeda yakni BATAN dan MIAMI Florida. Hasilnya sama dan konsisten.
"Silahkan bertanya pada lab BATAN. Hampir semua arkeolog melakukan uji karbon di sana dan hampir semua scientist dunia uji carbon di MIAMI Florida," ujar Andi lebih jauh.
Andi mengatakan, pendapat Kepala Arkenas yang menyatakan usia Gunung Padang abad 15, menunjukkan bahwa Arkenas belum pernah lakukan uji karbon di Gunung Padang. "Sekali lagi, bukan berarti Tim Riset Gunung Padang anti kritik. Selama ada data yang bisa menggugurkan semua temuan,dihujatpun Tim Terpadu siap dan terbuka," tandas Andi.
© Copyright 2024, All Rights Reserved