Badai ekonomi diprediksi akan menghantam negara-negara berkembang (emerging market) dalam waktu dekat. Gangguan pertumbuhan ekonomi itu akan mulai terjadi pada September tahun ini.
Prediksi itu disampaikan Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim seperti dilansir dari CNN Money, Kamis (11/06). Ia mengatakan, setelah bertahun-tahun menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan, negara-negara seperti Tiongkok dan Brasil menghadapi tantangan yang lebih tajam saat ini.
“Negara-negara berkembang merupakan mesin pertumbuhan global saat krisis finansial terjadi. Tapi kini mereka menghadapi situasi ekonomi yang lebih sulit," ujar Jim.
Bank Dunia bukan satu-satunya lembaga keuangan internasional yang mengungkapkan kekhawatirannya terhadap ancaman pertumbuhan ekonommi negara berkembang. The Fed juga tengah memperdebatkan dampak negatif kenaikan suku bunga AS terhadap negara berkembang pada pertemuan terakhirnya.
Saat ini, terdapat 3 hal yang diprediksi dapat membuat para investor memalingkan wajahnya dari negara berkembang. Pertama, penguatan dolar AS yang disusul dengan harga komoditas rendah akibat perlambatan ekonomi Tiongkok serta rendahnya permintaan impor. Terakhir, rencana kenaikkan suku bunga The Fed dapat menghantam perekonomian negara-negara berkembang.
Banyak pakar yang memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunganya pada September, langkah yang tak pernah diambil sejak 2006. Kondisi itu dapat menyebabkan terjadinya peningkatan biaya kredit atau bunga pinjaman di perusahaan-perusahaan dari negara berkembang. Hal ini membuat utang AS semakin menarik bagi para investor. Artinya, negara-negara berkembang akan kehilangan banyak investornya.
Kapanpun The Fed mengambil langkah, negara bekembang akan selalu terkena dampaknya. Buktinya pada Mei 2013, saat mantan Gubernur The Fed Ben Bernanke mengumumkan akan menarik program stimulus, para investor mulai melakukan aksi jual. Jadi keputusan The Fed kenaikan suku bunga dalam waktu dekat tentu bukanlah kabar yang dinanti negara berkembang.
© Copyright 2024, All Rights Reserved