Menjelang Ramadan dan Lebaran, harga-harga kebutuhan pokok kerap melonjak naik. Termasuk, bawang merah. Kenaikannya bisa mencapai 100 persen, meski pemerintah hanya mentoleransi inflasi 10 persen. Meski ada potensi kenaikan harga bawang merah, Kementerian Pertanian (Kementan) tidak akan merekomendasikan izin impor menjelang Ramadan ini.
Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Sputnik Sujono mengatakan Kementerian Perdagangan (Kemendag) bisa mengeluarkan izin impor, apabila Kementan sudah merilis rekomendasi izin impor tersebut. Tapi, guna memenuhi kebutuhan selama tiga bulan mendatang atau bertepatan puasa dan Lebaran, pihaknya tidak akan mengeluarkan izin impor.
“Kami tidak akan mengeluarkan izin impor karena produksi bawang merah petani semakin meningkat seiring fase panen raya di sentral utama, seperti Brebes, Nganjuk dan Bima. Sehingga hasil produksinya bisa mencukupi kebutuhan dalam negeri," katanya kepada politikindonesia.com di Kantor Ditjen Hortikultura Kementan, Jakarta, Kamis (11/06).
Menurutnya, produksi bawang merah per bulan Mei 2015 sebanyak 86.914 ton. Sementara, kebutuhan bawang merah dalam negeri mencapai 76.959 ton. Dari jumlah bawang merah yang dibutuhkan, sehingga produksi bawang merah petani mengalami surplus sekitar 9.955 ton.
"Apabila rekomendasi impor bawang merah tetap dikeluarkan dengan kelebihan hasil panen yang kita miliki, pasti akan memukul harga bawang merah ditingkat domestik. Maka saya harus lebih berhati-hati kalau ada usulan impor. Kalau sampai impor bawang merah tetap dibuka, dipastikan harga bawang merah akan terpuruk," ujarnya.
Dijelaskan, patokan harga tidak menjadi patokan untuk pihaknya mengambil opsi impor. Buktinya, saat harga beras mengalami kenaikan yang tinggi beberapa bulan lalu, pihaknya tidak membuka keran impor. Pihaknya tidak mau mengambil keputusan impor, begitu ada kenaikan. Karena opsi impor tidak bisa diambil hanya dengan alasan ada kenaikan tanpa melihat kondisi di dalam negeri seperti panen dan permintaan masyarakat.
"Kalau impor, konsenkuensinya petani kita kesulitan untuk produksi dan itu juga akan menyusahkan petani. Maka yang dirugikan juga petani. Impor akan jadi pilihan tarakhir.
Dipaparkan, pihaknya hanya mau melakukan impor untuk bibit bawang merah. Karena komoditas bawang merah selalu menjadi masalah bagi pemerintah setiap tahunnya. Maka tak heran, kalau hingga saat ini bibit bawang merah yang ditanam di sejumlah sentral bawang merah masih impor.
"Seharusnya kebutuhan benih bisa kita penuhi sendiri dari para penangkar benih bawang merah yang kita punya. Jadi, kalau kita bisa membuat benih sendiri mengapa harus impor. Untuk tahun depan, saya berharap bisa memangkas impor benih bawang merah. Dari Dirjen sebelum saya, mengeluarkan surat izin 1.730 ton, tapi realisasi 500 ton," ungkapnya.
Diakuinya, komoditas bawang merah memang kerap menjadi penyumbang inflasi karena harganya yang mengalami peningkatan cukup signifikan. Itulah sebabmya, bawang merah selalu dikatakan sebagai komoditas hortikultura yang paling seksi. Dari segi ekonomisnya pun, bawang merah memiliki potensi dan peluang yang cukup bagus.
"Persoalan bawang merah memang selalu menjadi fokus perhatian kami. Karena harga bawang merah belakangan ada tren naik, mari bersama-sama kita carikan solusi. Saat ini sedang digodok upaya khusus (UPSUSU) bawang merah. Memang dinamika harga bawang merah patut diwaspadai, terutama akibat kendala distribusi," tandasnya.
© Copyright 2024, All Rights Reserved