Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, mendapat julukan sebagai kota dengan biaya termahal di Indonesia. Para pendatang kerap mengeluhkan tinggi dan mahalnya harga barang di kota ini.
Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Balikpapan, Tutuk S.H. Cahyono, mengakui,.Balikpapan dijuluki kota dengan biaya hidup tinggi. “Kalau dapat tamu dari mana-mana itu, kesannya itu, di samping karena kondisi kotanya yang kondusif dan tenang, tapi justru di dalamnya ada keluhan harga barang yang mahal,” kata Tutuk, kemarin.
Menurut Tutuk, meski biaya hidup mahal, namun sebagai pintu gerbang Kaltim, pendapatan di Kota Balikpapan memang cukup tinggi, namun daya beli juga tinggi. Persoalan lain yang menyebabkan harga barang tinggi adalah infrastruktur yang kurang memadai.
Apalagi sekitar 90 persen barang di Kota Balikpapan berasal dari luar daerah, seperti dari Jawa Timur dan Sulawesi. Karena infrastruktur yang tidak memadai itu menyebabkan distribusi barang terhambat di pelabuhan.
“Cuma memang yang jadi masalah ketika distribusi barang atau produksi barang dan jasanya itu tidak lancar atau kurang ke Balikpapan. Itu yang sangat menjadi persoalan di Balikpapan, sehingga barang menjadi mahal,” kata Tutuk yang juga pimpinan Bank Indonesia cabang Balikpapan itu.
Tutuk mencontohkan, infrastruktur yang menjadi persoalan adalah pelabuhan, bandara, dan jalan. Pelabuhan Semayang kapasitasnya tidak seimbang dengan jumlah barang yang datang. Akibatnya, distribusi barang menjadi terhambat dan membuat harga mahal, sementara permintaan tinggi.
“Infrastruktur memang kurang memadai, pelabuhan di sini memang kecil sehingga barangngadat terus, luasnya cuma kecil, karena mungkin hanya bisa dua kapal yang bisa sandar di pelabuhan. Termasuk bandara juga terlambat diantisipasi. Itulah contoh yang paling nyata dan konkret,” urai Tutuk.
Tutuk mengatakan, kalau daya belinya tinggi, pendapatannya tinggi, barang diminta banyak yang kualitasnya bagus namun tidak bisa dipenuhi maka menyebabkan inflasi menjadi relatif tinggi. Itu yang menyebabkan biaya hidup tinggi. “Misalnya, kalau satu kotak nasi pecel ini, di Jawa bisa dapat dua atau tiga kotak,” pungkas Tutuk.
© Copyright 2024, All Rights Reserved